Gadget canggih dengan merek IMO yang dibuat dan dirancang di Bandung, Jawa Barat ini pun sempat menjadi ponsel hingga tablet terfavorit.
Namun produksi ponsel pintar harus terhenti. Direktur Utama IMO Tikno Sutisna menjelaskan ada banyak faktor yang membuat pihaknya menghentikan produksi. Salah satunya soal perpajakan yang berpengaruh terhadap harga komponen yang harus diimpor.
"Kita masalah ekosistem ada masalah perpajakan masalah industri komponen dan sebagainya. Salah satunya pajak di dalam membangun industri," ucap Tikno kepada detikFinance, Selasa (18/9/2013).
Diakuinya membangun industri produk-produk telekomunikasi seperti ponsel pintar diperlukan lingkungan industri yang mendukung. Hal ini dinilai penting agar produk bisa berkembang dan kompetitif di pasar.
"Kita bicara industri itu ekosistem. Mulai industri di pelabuhan bea dan cukai, lembaga pendidikan, lembaga internal penelitian di Indonesia mampu produksi model baru nggak? Industri nggak bisa bicara sendirian. Kalau kita ingin membangun industri, bukan sekedar pabrik dan barang," sebutnya.
Diakuinya, INTI dalam memproduksi ponsel masih memerlukan komponen impor. Sehingga aturan perpajakan dan fluktuasi kurs rupiah terhadap dolar sangat berpengaruh terhadap harga komponen yang diimpor.
"Industri komponen lemah. Banyak belinya valas," terangnya.
(feb/dru)