Ini Alasan PLN Ingin Tarif Listrik untuk Golongan Atas Tak Disubsidi

Jakarta - Direktur Utama PT PLN (Persero) Nur Pamudji ingin tarif listrik mulai tahun depan tidak disubsidi untuk golongan tertentu terutama golongan mampu. Sehingga kondisi keuangan PLN bisa lebih sehat seperti 1994-1997 karena listrik tak disubsidi.

"Tahun 1994-1997 tarif listrik itu mekanismenya automatic adjustment sehingga ya tidak ada subsidi," kata Nur Pamudji ketika ditemui di Kantor Pusat PLN, Jl Trunojoyo, Jakarta Selatan, Jumat (6/9/2013).


Menurut Nur, ketika listrik tak subsidi pada periode 1994-1997, sehingga tarif listrik di Indonesia pada waktu itu sangat sehat sekali. "Sehat ini dalam arti cukup untuk investasi, jadi dari tarif itu ada disesuaikan untuk investasi, cukup untuk biayai investasi kelistrikan. Ini kita ingin kembali ke sana supaya kita tidak terlalu membiayai investasi dari utang-utang, kan (PLN) jadinya nggak sehat," ungkap Nur.


Ia menjelaskan tujuan mekanisme automatic adjustment agar tarif listrik untuk 4 golongan atas mulai Oktober 2013 tak lagi disubsidi. Namun, bila terjadi perubahan makro ekonomi membuat 4 golongan tersebut listriknya kembali disubsidi.


Nur mencontohkan apabila dolar AS menguat terhadap rupiah, maka tarif listrik untuk 4 golongan tersebut ikut naik sekian persen dihitung masing-masing komponen, terutama komponen kurs, Indonesia Crude Price (ICP) dan komponen inflasi.


"Model ini (automatic adjustment) dibuat oleh konsorsium perguruan tinggi, ya mereka bikin modelnya dan melaporkan ke Dirjen (Ketenagalistrikan Kementerian ESDM) dan Dirjen kemarin menyampaikannya ke DPR, ini bukan hal baru karena sudah diterapkan zaman Orde Baru tahun 1994 dan sebelum krisis moneter," tandas Nur.


(rrd/hen)


Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!