Industri Otomotif Tetap Pede

Jakarta - Industri otomotif merupakan salah satu sektor yang rentan terhadap pergerakan suku bunga karena kebanyakan konsumen membeli kendaraan bermotor secara kredit. Bagaimana industri ini menyikapi kenaikan suku bunga acuan (BI Rate) dari 6,5 persen menjadi 7 persen?

“Suku bunga acuan dari BI naik, kami akan menaikkan bunga kredit juga. Juli maunya sudah mulai naik, tetapi karena harga kebutuhan pokok juga naik, rasanya gimana gitu,” kata Jodjana Jody, Presiden Direktur Astra Credit Company, perusahaan pembiayaan yang fokus pada otomotif.


Kenaikan bunga, lanjut Jody, akan sekitar 0,5 persen. Soal eksekusinya, dia mengatakan masih menunggu waktu yang tepat. Meski ada kenaikan bunga, Jody optimistis sektor otomotif tetap mampu tumbuh. “Kenaikan itu tidak akan mengerem pertumbuhan otomotif,” ujarnya.


Jody yakin target perusahaannya untuk mencetak pertumbuhan pembiayaan sebesar Rp 24 triliun pada tahun ini bisa tercapai. Target tersebut tumbuh sekitar 8 persen dibandingkan tahun sebelumnya.


“Tahun lalu, dalam sebulan penyaluran kredit sekitar Rp 2 triliun tetapi tahun ini bisa Rp 2,2-2,3 triliun. Jadi bisa tercapai lah,” kata Jody.


Johnny Darmawan, Ketua III Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), mengatakan saat ini industri otomotif tengah diterpa cukup banyak sentimen negatif. Mulai dari kenaikan suku bunga, kenaikan uang muka, kenaikan harga bahan bakar minyak, pelemahan rupiah, dan sebagainya.


Namun, Johnny optimistis pasar mobil tidak akan surut. “Mobil ini akan terus naik selama public transportation tidak berjalan benar dan keamanan di jalan tidak ada. Jadi orang lebih baik beli mobil,” katanya.


Menurut Johnny, meski didera berbagai cobaan sektor otomotif tetap bisa tumbuh selama transportasi publik belum dibenahi. Oleh karena itu, Johnny optimistis target penjualan mobil 2013 yang sebesar 1,1 juta unit dapat tercapai. Hingga Juli, Gakindo mencatat penjualan mobil sebanyak 714.400 unit.


Mengenai harga, Johnny yang juga merupakan Presiden Direktur Toyota Astra Motor menyatakan saat ini tidak mudah untuk memutuskan kenaikan harga. “Kalau dulu gampang saja, ada kenaikan sedikit langsung didorong ke harga pasar. Sekarang tidak bisa karena persaingan cukup ketat,” katanya.


Produsen, tambah Johnny, biasanya sebisa mungkin menghindari kenaikan harga dengan melakukan efisiensi. “Berapa kenaikan cost dikurangi cost reduction, kalau tidak kuat baru di-pass on. Jadi jangan heran kenaikan harga mobil sekarang tidak sedrastis dulu,” jelasnya.


(DES/DES)


Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!