Pemimpin Negara Bikin Aksi Atasi Lesunya Ekonomi Dunia

Saint Petersburg - Para pemimpin negara anggota G-20 menyatakan pemulihan ekonomi dunia belum akan terjadi tahun ini. Masih ada risiko pertumbuhan menurun, dan sejumlah negara emerging masih rapuh perekonomiannya.

Karena itu, para pemimpin negara G-20 yang melakukan pertemuan di Saint Petersburg, Rusia, membuat rencana aksi bernama 'Saint Petersburg Action Plan' untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan pengangguran di dunia.


Banyak negara emerging termasuk Indonesia yang saat ini khawatir soal rencana bank sentral AS yaitu The Fed untuk mengurangi progam stimulusnya karena ekonomi AS membaik. Negara-negara emerging ini meminta agar setiap kebijakan moneter oleh bank sentral harus direncanakan dengan sangat hati-hati dan diungkapkan dengan jelas.


Memang wacana-wacana soal penghentian program stimulus oleh The Fed telah membuat sejumlah negara terguncang ekonominya, termasuk Indonesia yang mata uangnya jatuh.


"Di samping aksi-aksi yang kami buat, pemulihan ekonomi masih terlalu lemah, dan ada risiko ekonomi turun ke bawah," demikian pernyataan para pemimpin negara G-20 dalam komunike yang dikutip dari AFP, Jumat (6/9/2013).


"Prospek pertumbuhan ekonomi global di 2013 turun ke bawah, seperti tahun-tahun sebelumnya. Keseimbangan global belum terjadi. Pengangguran, terutama di kalangan remaja masih cukup tinggi," demikian pernyataan tersebut.


Namun, ada tanda-tanda pemulihan ekonomi di wilayah Eropa, dan masih adanya pertumbuhan ekonomi di negara-negara emerging market seperti Indonesia.


"Bank-bank sentral kami telah berkomitmen agar rencana kebijakan moneter ke depan harus dilakukan dengan hati-hati dan dikomunikasikan dengan jelas," demikian pernyataan tersebut.


Sementara terkait konflik di Suriah, para pemimpin negara-negara meminta agar memperhatikan dampak terhadap ekonomi dan penciptaan lapangan kerja.


"Kepentingan mendesak kami adalah untuk meningkatkan momentum pemulihan ekonomi global, dan penciptaan lapangan kerja, lalu juga penguatan dasar pertumbuhan ekonomi jangka panjang," kata komunike tersebut.


Pernyataan itu juga menyebutkan soal parahnya kejatuhan mata uang di Brasil dan India karena wacana The Fed. Kemudian juga soal pelemahan ekonomi China sebagai kekuatan ekonomi dunia.


"Prioritas kami adalah pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja. Kelanjutan pertumbuhan ekonomi. Ada konsesus yang berkembang soal kebutuhan yang harus dilakukan," ujar Kepala Komisi Eropa Jose Manuel Barroso.


Tuan rumah Rusia melalui Presiden Vladimir Putin mengatakan, perlunya aksi untuk mengatasi pengangguran remaja secara jangka panjang. Putin juga menyatakan bahwa masalah pada ekonomi Eropa sudah mulai berkurang.


Saat ini, ekonomi dunia sedang terguncang karena wacana seputar The Fed. Kondisi ini membuat banyak investor takut menyimpan uangnya di negara-negara emerging, termasuk Indonesia. Karena itu banyak mata uang yang jatuh nilainya terhadap dolar AS.


(dnl/dnl)


Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!