Sapi dan Kerbau di Jawa 'Hilang' 1,9 Juta Ekor, Ini Penjelasannya

Bogor - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, tahun ini jumlah sapi dan kerbau di Pulau Jawa berkurang 1,9 juta ekor, bila dibandingkan 2003. Mengapa populasi sapi dan kerbau berkurang secara signifikan?

"Faktor utama karena produksi sapi atau kerbau yang paling banyak dihasilkan di Pulau Jawa terutama di Jawa Timur karena adanya distribusi sapi dan kerbau tersebut ke daerah-daerah di Indonesia Timur," ungkap Direktur SP2K (Statistik Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan) BPS Edison Ritonga saat melakukan diskusi Sensus Pertanian 2013 di Hotel Mirah, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (7/9/2013).


Menurut data BPS sampai dengan Juni 2013, populasi ternak (sapi dan kerbau) di Pulau Jawa berkurang signifikan bila dibandingkan tahun 2003. Di 2003, populasi ternak di Pulau Jawa sebesar 8,468 juta ekor, sedangkan di 2013 hanya 6,494 juta ekor.


Selain itu, populasi ternak juga berkurang di Pulau Sumatera dari 3,240 juta ekor di 2003, saat ini hanya menyisahkan 2,894 juta ekor. Di Bali pun demikian, dari 2,360 juta ekor di tahun 2003, saat ini hanya menyisakan 2,135 juta ekor.


Bagaimana dengan Pulau Kalimantan? Nasib Pulau Kalimantan sama dengan pulau Jawa dan Sumatera. Di Kalimantan jumlah populasi ternak tahun ini hanya 439.000 ekor, sedangkan di tahun 2003 479.000 ekor.


Penambahan jumlah populasi ternak terlihat di bagian Indonesia Timur. Pulau Sulawesi contohnya, populasi ternak di pulau ini justru bertambah. Dari total populasi ternak sebanyak 1,902 juta ekor di tahun 2003, populasi ternak di tahun 2013 meningkat 20 ekor menjadi 1,922 juta ekor.


Maluku dan Papua populasi ternak juga mengalami pertumbuhan dari 278.000 ekor di tahun 2003, menjadi 285.000 ekor di tahun 2013.


Namun secara umum, Edison mengatakan, ada kenaikan jumlah konsumsi daging masyarakat Indonesia khususnya di Pulau Jawa dan Sumatera. Tetapi pihaknya belum mau mengatakan berapa besaran tingkat kenaikan konsumsi daging karena data Susenas saat ini belum diperbaharui.


"Otomatis ada kenaikan konsumsi daging namun kita belum menjelaskan detil dulu karena data Susenas masih banyak yang lost (hilang)," ujarnya.


(wij/dnl)


Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!