Mengintip Sisa Kejayaan Markas BUMN Produsen 'Si Unyil' dan 'G30S PKI'

Jakarta - Ada 143 perusahaan pelat merah Indonesia yang memiliki berbagai lini bisnis berbeda. Salah satunya Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang memproduksi film layar lebar, film dokumenter dan animasi.

Perusahaan pelat merah ini bernama Perum Produksi Film Negara (PFN). Berkantor di Jalan Otto Iskandar Dinata, Jakarta Timur, PFN yang telah ada sejak zaman Belanda atau berdiri tahun 1935 ini sekarang hanyalah sebuah BUMN memiliki neraca keuangan negatif dengan utang mencapai Rp 11 miliar.


PFN yang masuk katagori BUMN dhuafa ini sudah sejak tahun 2000-an tidak memproduksi berbagai jenis film. Namun pada masa keemasannya di tahun 1980-an, PFN memiliki beberapa studio, bioskop hingga laboratorium perfilman super modern.


Di lokasi seluas 2,3 hektar ini film layar lebar seperti 'Pengkhianatan G 30 S PKI', film dokumenter 'Gelora Indonesia' hingga film audio visual anak-anak 'Si Unyil' diproduksi dan diluncurkan.


detikFinance pun memperoleh kesempatan berkeliling pusat produksi PFN didampingi Direktur Utama PFN Shelvy Arifin dan seorang stafnya. Shelvy mengajak berkeliling gedung milik PFN.


Terlihat beberapa bagian gedung yang dulunya sangat sibuk dengan hiruk pikuk produksi, kini terlihat tidak terawat dengan cet mengkelupas dan banyak bagian bangunan ada yang rusak. Bahkan ada

beberapa bangunan dalam kondisi tidak layak pakai.


Seperti pusat laboratorium perfilman yang sempat menjadi ikon PFN karena diklaim terbesar se-Asia Tenggara. Shelvy menjelaskan untuk menekan biaya perawatan, beberapa gedung pun disewakan.


“Revenue saat ini dari sewa lahan sewa ruang sama sewa studio ada 3. Kita punya 4 studio tapi yang paling besar dan sering dipakai itu studio 1 yang sedang dipakai MNC. Terus beberapa ruangan, bekas ruang edit, ruang animasi itu kita sewakan untuk beberapa kantor dan ada 2 sekolah juga. Ada sekolah tinggi teknologi sama sekolah tinggi manajemen,” ucap Shelvy saat berbincang kepada detikFinance di kantor pusat PFN, Jalan Otto Iskandar Dinata Jakarta Timur, Jumat (6/9/2013).


Saat ditunjuk Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan memimpin PFN, ibu muda ini mengaku tidak tahu banyak soal aktivitas PFN karena minimnya sumber informasi. Bahkan salah satu pejabat Kementerian BUMN sempat menayakan kembali kesiapannya memimpin dan membangkitkan PFN.


“Ketika saya menginjakkan kaki disini tanggal 16 Juli. Saya nggak tahu apa-apa. Jadi saya sempat cari tahu sana-sini. Lewat Google dan lewat teman-teman. Kalau di Google beritanya mau dilikuidasi, dikubur, Pak Raden. Beritanya kayak gitu. Mau cari website BUMN pun nggak ada apa-apa,” kata Shelvy.


(feb/ang)


Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!