Kisah BUMN Dhuafa yang Merugi Ratusan Miliar Dalam 6 Tahun

M. Rofiq - detikfinance


Jakarta - Kerugian yang didera PT Kertas Leces, Probolinggo, Jawa Timur, cukup besar. BUMN produsen kertas itu dalam 6 tahun pada 2005-2010 merugi mencapai ratusan miliar rupiah.

Di 2005, Kertas Leces merugi Rp 25,6 miliar. Kemudian pada tahun 2006, kerugiannya justru meningkat menjadi Rp 45,7 miliar. Nasib baik kertas leces ternyata tak kunjung datang, terbukti di 2007, BUMN ini kembali merugi Rp 40,9 miliar. Lalu di 2008, kerugian meningkat tajam menjadi Rp 49,4 miliar, dan meningkat lagi di 2009 menjadi Rp 53,8 miliar. Di 2010, kerugian Kertas Leces tembus Rp 82,5 miliar.


Analisa manajemen Kertas Leces, kerugian itu disebabkan oleh salah satunya fokus bisnis kertas konvensional yang hanya memberikan margin 10- 15%. "Ini belum bisa menutup biaya overhead pabrik dan gaji karyawan," ujar Zaenal Arifin, Sekretaris Perusahaan PT Kertas Leces dalam rilis, Kamis (12/9/2013).


Supaya kerugian tidak terus mendera dan Kertas Leces dapat bangkit, pihak manajemen melakukan kajian dan terobosan yang hasilnya adalah meninggalkan kertas budaya lama (HVS, kertas HVO, kertas foto copy, kertas koran dll). Kertas Leces akan fokus pada bisnis kertas mulia yang dinilai mempunyai margin tinggi.


"Ini sebagai program antara atau program stabilisasi. Fokusnya ke produk kertas industri. Masih ada peluang untuk menyelamatkan PTKL caranya dengan program tadi," terang Zaenal.


Dalam rangka mendukung dan mempercepat program transformasi bisnis tersebut, lanjut Zaenal, Menteri BUMN menugasi salah satu BUMN yang ahli di bidang corporate restructuring untuk melakukan uji tuntas, mengkaji arah bisnis dalam rangka restrukturisasi dan survival PT Kertas Leces.


"Langkah-langkah itu kita sosialisasikan ke semua lini karyawan dan masing-masing departeman dan melalui forum diklat PT KL," jelas Zaenal.


Rilis dari Kertas Leces ini juga sebagai tanggapan atas demo yang dilakukan ratusan karyawannya, Selasa (10/9/2013). Mereka menuntut supaya manajemen PT KL memberesi hak-hak karyawan, di antaranya gaji yang belum dibayar selama beberapa bulan, dan penyesuaian gaji UMR (upah minimum regional).


Seperti diketahui, Kementerian BUMN juga pernah mengataka, di 2012 Kertas Leces masuk daftar BUMN yang masih merugi. Pada 2010-2011, Kertas Leces sempat mati suri. Sebelum pada akhir 2012, Menteri BUMN Dahlan Iskan mengatakan, perusahaan ini sudah mulai mendapatkan pesanan dari Jepang.


(dnl/dnl)


Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!