Konglomerat di China Makin Banyak Meski Ekonomi Dunia Lesu

Jakarta - Ekonomi dunia sedang mengalami kelesuan termasuk negara-negara besar seperti Amerika Serikat (AS) dan China. Namun kondisi ini tidak berpengaruh terhadap jumlah dan kekayaan konglomerat asal negeri tirai bambu itu.

Laporan tahunan sebuah majalah ternama, The Hurun Report menjelaskan jumlah konglomerat di China dengan kekayaan miliaran dolar AS telah tembus 300 orang di tahun 2013.


"Ada 515 jumlah konglomerat di China. Ini bertambah 64 orang dibandingkan tahun lalu," disampaikan AFP seperti dikutip detikFinance, Kamis (12/9/2013).


Rata-rata kekayaan konglomerat di China naik 2 kali lipat jika dibandingkan krisis ekonomi 5 tahun lalu. Total nilai kekayaannya naik dari rata-rata US$ 440 juta menjadi US$ 1,04 miliar.


Seperti yang dialami taipan properti Wang Jialin. Wang merupakan konglomerat terkaya di China. Kekayaan Wang naik lebih dari 2 kali lipat ke angka US$ 22 miliar.


"Perkembangan bisnis real estate menjadi pendorong utama naiknnya jumlah dan kekayaan konglomerat di China," jelasnya.


Wang yang juga pemilik Wanda Group, baru-baru ini perusahaannya itu membeli perusahaan biro perfilman AMC Entertainment dan produsen pembuat yacht mewah asal Inggris.


Hal serupa dialami pemilik produsen pembuat telepon seluler Xiaomi, Lei Jun. Kekayaan Lei naik drastis tahun ini, hingga 7 kali lipat ke angka US$ 2,6 miliar.


Namun para konglomerat di China juga mulai tersangkut skandal. Seperti kasus penyuapan hingga perceraian yang membuat kekayaan turun.


Hal ini dialami taipan properti wanita Wu Yajun. Ia haru turun peringkat dari 8 ke 22 akibat perceraian. Wu harus memberikan kekayaan sebesar US$ 3 miliar ke pada mantan sang suami. Kekayaan Wu anjlok ke angka US$ 4,6 miliar.


"Ini merupakan kompensasi perceraian termahal dari sang istri ke suami," sebutnya.


(feb/ang)


Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!