Menteri BUMN Dahlan Iskan mengatakan, Merpati belum bisa ditunjuk untuk menangani jalur-jalur baru perintis secara komersial. Karena itu, Garuda Indonesia masuk ke jalur-jalur ini, dengan menyewa 35 pesawat jenis ATR72-600.
"Kalau ditunjuk Merpati, problemnya masih sangat mendalam tentang utang Rp 6,5 triliun itu. Dia tidak akan bisa berkembang kalau utangnya belum direstrukturisasi. Jadi prioritas Merpati restrukturisasi utangnya dulu. Progressnya masih belum ada, masih harus berjuang. Tetapi nggak ada bantuan dari pemerintah. Sebaiknya restrukturisasi," tutur Dahlan saat ditemui usai penandatanganan kerjasama PT Garuda Indonesia Tbk dengan ATR di Hotel Grand Hyatt, Jakarta, Selasa (1/10/2013).
Sebelumnya, Direktur Utama Merpati Nusantara Airlines Capt. Asep Ekanugraha mengaku, tahun ini Merpati masih mengalami kerugian operasional hingga Rp 250 miliar.
Masih merahnya laporan keuangan Merpati hingga akhir 2013 disebabkan karena harga bahan bakar jenis avtur yang masih tinggi karena pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar.
Terkait rencana ekspansi, Asep menilai Merpati saat ini masih menunda memperluas penerbangan ke rute baru. Langkah ini diambil karena kondisi keuangan dan korporasi Merpati belum memungkinkan.
(dnl/dru)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!