Sejak 2005 Bajak Laut di Afrika Rampas Uang Rp 4 Triliun

Washington -Studi terbaru yang dilakukan Bank Dunia, PBB dan Interpol mengungkapkan para bajak laut atau perompak di semenanjung timur-laut Afrika berhasil meraup US$ 413 juta atau kurang lebih Rp 4,13 triliun hasil uang tebusan dari merompak sejak 2005 atau selama 7 tahun terakhir.

Yang mengejutkan 'uang haram' itu kebanyakan digunakan untuk membiayai kegiatan kriminal atau kejahatan internasional melalui para pemodal mereka.


Kegiatan kriminal internasional antaralain bisnis perdagangan senjata, penyelundupan imigran, pendanaan milisi bahkan dana-dana tersebut masuk ke dalam bisnis yang legal. Studi ini menunjukan bahwa para bajak laut melakukan pencucian 'uang haram' ke wilayah lainnya.


"Dunia internasional telah memobilisasi kekuatan angkatan lautnya untuk berhadapan dengan bajak laut," kata seorang ahli keuangan dari Bank Dunia Stuart Yikona dikutip dari AFP, Minggu (3/11/2013)


Menurutnya perlu langkah dari negara-negara di dunia untuk menghentikan aliran uang haram para bajak laut Afrika Timur. Dari hasil studi ini juga menggambar bahwa kegiatan operasi bajak laut khususnya di Somalia semakin rumit dan canggih.


Berdasarkan hasil wawancara dengan pejabat pemerintah, kalangan perbankan, pengusaha lokal dan mantan bajak laut. Terungkap dari kegiatan pembajakan kapal di semenanjung timur-laut Afrika selama 2005 hingga 2012, para bajak laut maraup US$ 339 juta hingga US$ 413 juta dari uang tebusan.


Selain itu terungkap 30%-75% dari hasil merompak jatuh ke tangan pemodal para bajak laut. Sementara itu, para bajak laut yang beroperasi di lapangan hanya mendapat porsi yang sedikit.


Para pemodal ini mencuci uangnya dengan kegiatan bisnis narkotika, termasuk membeli aset properti, perdagangan minyak, bisnis transportasi hingga bidang restoran dan hotel.


(hen/rrd)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!