Rugi Rp 220 Miliar, Ini Penjelasan Garuda Indonesia

Jakarta -PT Garuda Indonesia Airlines Tbk (GIAA) mencatat kerugian Rp 220,4 miliar pada triwulan III-2013. Padahal pada periode sama tahun lalu maskapai pelat merah ini memperoleh laba senilai Rp 600 miliar.

Apa penjelasan maskapai plat merah ini?


Direktur Keuangan Garuda Indonesia Hendrito Hardjono menjelaskan kerugian yang dialami perseroan karena pengaruh gejolak nilai tukar rupiah terhadap dolar. Ditambah lagi beban yang timbul dari anak usaha, Citilink.


"Itu masih ada kerugian di Citilink dan kena dampak dari pelamahan kurs rupiah sehingga berdampak dari penurunan pendapatan dalam dolar," ucap Hendrito singkat kepada detikFinance, Jumat (1/11/2013).


Sementara itu pendapatan maskapai justru meningkat menjadi sebesar Rp 26,8 triliun di akhir September 2013. Angka ini naik dibandingkan posisi tahun lalu periode yang sama Rp 23,8 triliun. Sumbangan pendapatan terbesar masih dari bisnis penerbangan berjadwal.


Namun Garuda Indonesia mencatat beban keuangan yang meningkat cukup tinggi, yaitu dari Rp 22,9 triliun ke angka Rp 26,6 triliun dalam sembilan bulan pertama tahun ini.


Tingginya beban itu membuat laba usaha perseroan tergerus menjadi hanya Rp 221 miliar dari sebelumnya Rp 898,4 miliar di triwulan III tahun lalu.


Beban keuangan yang cukup tinggi juga membuat perusahaan yang bermarkas di Tangerang ini menderita rugi sebelum pajak Rp 95,5 miliar dibandingkan sebelumnya laba sebesar Rp 853,4 miliar.


Dengan demikian, rugi bersih periode berjalan Garuda mencapai Rp 220 miliar di triwulan III-2013, dibandingkan dengan laba Rp 600 miliar di tahun lalu periode yang sama.


(feb/dru)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!