10.000 Perusahaan di Spanyol Bangkrut , Dari UKM Sampai Klub Bola

Madrid -Krisis finansial di Spanyol belum usai. Buruknya situasi keuangan di negara matador itu berimbas buruk kepada iklim bisnis setempat. Sebanyak 10.000 perusahaan pun mendaftarkan kebangkrutan.

Perusahaan yang mengantre untuk divonis bangkrut itu tidak hanya usaha kecil dan menengah (UKM), tapi juga perusahaan besar berorientasi ekspor.


Jumlah perusahaan yang mendaftarkan kebangkrutan ini sudah naik tinggi dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2007, jumlahnya hanya 1.147 perusahaan kemudian naik menjadi 6.200 perusahaan pada 2009 berdasarkan National Statistics Institute.


Jumlah ini menembus 9.000 perusahaan di 2012. "Saya kira di 2013 ini kita akan melihat hingga 10.000 perusahaan," kata Carlos Sancho, pengacara dan ahli manajemen keuangan dari IESE Business School, seperti dikutip AFP, Rabu (4/12/2013).


Salah satu pemain besar muncul mendaftarkan kebangkrutan awal tahun ini. Pengembang raksasa Reyal Urbis mendaftarkan kebangkrutan di Februari akibat utang senilai 3,6 miliar euro (Rp 49 triliun).


Selain itu produsen ikan beku skala internasional Pescanova, yang punya 10.000 karyawan, juga mendaftarkan perihal yang sama di bulan April. Memasuki November, giliran salah satu produsen alat rumah tangga terkenal di Eropa, Fagor.


Awan hitam juga menyelimuti perusahaan-perusahaan di bisnis lain, seperti klub sepakbola Deportivo de la Coruna dan perusahaan penyelenggara kontes kecantikan Miss Spain yang juga mendaftarkan kebangkrutan.


Sekitar sepertiga dari jumlah perusahaan yang mendaftarkan kebangkrutan itu merupakan pengembang properti yang terkena imbas sejak krisis ekonomi global melanda pada 2008 silam.


Sejak krisis ekonomi 2008 terjadi, banyak perusahaan yang mencari utang supaya bisnisnya tetap berjalan. Utang-utang tersebut ada yang siap jatuh tempo tahun ini dan tahun depan.


Mau tidak mau para perusahaan ini harus membayar karena opsi refinancing sulit didapat. Pasalnya, bank-bank di Spanyol yang sudah diberi dana bantuan (bailout) 41 miliar euro (Rp 560 triliun), sangat berhati-hati dalam memberikan kredit baru ke perusahaan.


(ang/dnl)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!