"Ada banyak alasan yang menyebabkan penurunan. Terutama karena lahan di bawah 2 hektar itu banyak yang dijual dan disewakan. Kemudiaan orang beralih kerja," ungkap Kepala BPS Suryamin dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Senin (2/12/2013)
Indikasinya penurunan RT petani, terlihat pada penurunan petani gurem yang turun 4,77 juta RT atau 25,07% menjadi 14,25 juta RT. Petani gurem adalah petani yang memiliki lahan kurang dari 2 hektar.
"Penurunan jumlah petani gurem terbesar di Jawa Tengah sebanyak 1,32 juta RT (28,46%)," ujarnya.
Sementara itu, jumlah petani di Indonesia tahun 2013 sebesar 31,7 juta orang, terdiri dari laki-laki berjumlah 24,36 juta orang dan perempuan 7,4 juta orang.
"Jadi laki-laki memang lebih banyak berusaha tani dibanding perempuan. Karena biasanya istri petani berusaha lain atau ibu rumah tangga," sebutnya.
Sementara itu, BPS juga mencatat jumlah perusahaan berbadan hukum tahun 2013 sebanyak 4.156 perusahaan mengalami peningkatan sebanyak 155 perusahaan (3,87%) dibanding tahun 2003.
"Lahan yang di bawah 2 ha tadi yang dijual mungkin ke perusahaan. Sehingga ada kenaikan," pungkasnya.
Angka yang dipaparkan BPS merupakan hasil dari sensus tani yang dilakukan pada bulan Mei 2013. Sensus dilakukan setiap 10 tahun. BPS merangkum data dengan mendatangi satu per satu setiap usaha tani yang dilakukan di dalam negeri.
(mkl/hen)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!