Dirjen WTO: Bila Pertemuan Bali Gagal, Kita Jadi Seperti Pecundang

Nusa Dua -Dirjen World Trade Organization (WTO) asal Brasil Roberto Azevedo optimistis Konferensi Tingkat Menteri (KTM) WTO ke-IX di Nusa Dua, Bali bakal sukses dan membuahkan kesepakatan. Tetapi kalau perundingan berjalan buntu dan gagal, ia hanya pasrah dan mengatakan tidak lebih seperti seorang pecundang.

Perundingan WTO di Bali memang tidak berjalan mulus. Salah satu masalah yang masih mengganjal dan diperlukan negosiasi yang alot adalah perdebatan antara India dan Amerika Serikat. Adalah export competition di mana India mengajukan aspirasi penambahan subsidi pertanian dari 10% menjadi 15% dari total produksi nasional negara berkembang. India meminta durasi waktu tidak dibatasi saat pemberlakuan penambahan subsidi pertanian itu disetujui. Amerika Serikat menginginkan tambahan subsidi hanya bisa diberikan selama 4 tahun saja.


Export competition masuk ke dalam agenda agricultural (pertanian) selain tariff rate quota dan Stok Holding For Food Security. Khusus untuk TRQ dan Stok Holding For Food Security tidak mengalami banyak kendala.


"Jika kita gagal, kita akan menjadi seperti seorang pecundang, termasuk pelaku bisnis, pengangguran, pekerja, rakyat miskin, petani negara berkembang, dan juga sistem perdagangan multilateral termasuk WTO. Ini merupakan masa depan WTO juga dan saya yakin masih bisa disepakati di Bali," kata Azevedo saat bertemu Menteri Perdagangan Gita Wirjawan di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC) di Nusa Dua, Bali, Selasa (3/12/2013).


Di pertemuan WTO Bali ini, ada 3 muatan utama Paket Bali yang harus dicapai, yaitu trade facility, agriculture, dan Least Development Country's Package (LDCs). Terwujudnya Paket Bali sangat dipengaruhi oleh tercapainya keseimbangan perundingan antara trade facility dan agricultural.


Untuk itu diperlukan negosiasi yang alot dan intens antara masing-masing anggota WTO. Hal ini dilakukan untuk mensukseskan Paket Bali sekaligus memberikan manfaaat baik untuk negara maju, berkembang dan negara miskin.


"Apa yang terjadi di Jenewa bukan dikarenakan kurangnya komitmen, melainkan beberapa isu politik yang terbatas dan spesifik. Apa yang belum disepakati sebenarnya bukanlah hal yang sulit, namun memerlukan seruan/ajakan politik yang tidak bisa dilakukan di Jenewa. Para menteri bisa melakukan ajakan/seruan sehingga bisa menentukan arah untuk membuahkan hasil dari paket ini. Yang kita perlukan adalah komitmen dan ajakan politik," imbuhnya.


Sedangkan Menteri Perdagangan Gita Wirjawan berpendapat pertemuan dan negosiasi bakal sering dilakukan mulai hari. Pertemuan dan negosiasi dilakukan untuk mensukseskan Paket Bali. Ia pun berpendapat andaikan perundingan WTO Bali berakhir buntu maka semua kelompok negara akan dirugikan.


"Akan mulai ada keputusan-keputusan dalam beberapa hari ini. Semua orang menginginkan Paket Bali ini disepakati. Memang masih ada yang masih belum bersepakat nanti kita akan melakukan negosiasi kembali. Akan menjadi sebuah tragedi jika Paket Bali tidak disepakati," tegasnya.


(wij/dnl)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!