Pemilik Batik Komar, Komarudin Kudiya mengeluh soal bahan baku (benang) kain sutera yang masih harus diimpor dari China, karena pembelian benang sutera harus menggunakan dolar sehingga harganya sangat fluktuatif.
"Beli bahan benangnya itu pake dolar, harganya sangat fluktuatif. Kalau dolar naik, harga naik tapi kalau dolar turun kayak sekarang harga masih belum turun," kata Komar saat di temui di Pameran Adiwsatra di JCC Jakarta (19/2/2014)
Komarudin menjelaskan importir benang sutera di Indonesia itu hanya ada tiga sehingga seringkali harganya dipermainkan jadi lebih mahal.
"Kalau di China ada badai atau salju itu maka produksi menurun. Sementara yang butuh itu bukan cuma Indonesia saja, negara lain juga butuh. Keadaan ini dimanfaatkan sehingga harganya menjadi semakin mahal," kata pengusaha yang memiliki karyawan 300 orang dengan omzet Rp 1 miliar/bulan ini.
Menurut Komarudin seharusnya Indonesia bisa mudah menanam pohon murbei karena hanya memiliki 2 musim. Sedangkan di China ada 4 musim, namun bisa menghasilan sutera sangat banyak.
"Kata orang China iklim di Indonesia cuma 2 iklim untuk nanam murbei lebih gampang harusnya," ujarnya.
Ia mengakui benang sutera dari produsen China memang sedikit lebih baik, namun jika ada produksi yang dari dalam negeri pihaknya akan pakai dari pasokan lokal.
"Kualitas impor memang sedikit lebih baik, tapi sebenarnya kalau pakai benang dari dalam negeri lebih untung, tapi karena nggak ada ya apa boleh buat," tegasnya.
(hen/hen)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!
