"Awalnya saya ingin beli gitar. Tapi untuk gitar kualitas bagus harganya mahal dan budgetnya tidak mencukupi. Lantas saya berpikir, kalau orang lain bisa membuat gitar, mengapa saya tidak? Saya ini memang orangnya suka ngoprek," kata Toein Bernadhie Radix, pemilik Radix dikutip Selasa (18/2/2014)
Toein kemudian membeli bahan-bahan dan alat untuk membuat gitar. Ternyata membuat gitar tidak semudah yang dibayangkannya. Sempat beberapa kali mencoba dan gagal, akhirnya dia berhasil membuat gitar sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan. Tapi, uang yang dia keluarkan justru berlipat dari harga gitar yang diinginkan.
"Waktu itu gitar yang saya inginkan itu harganya sekitar Rp 8 juta. Itu untuk kualitas yang bagus. Nah, dari coba-coba bikin sendiri itu justru habis sekitar Rp 20 juta. Tapi puas dan saya jadi bisa membuat gitar," kenangnya.
Dari coba-coba tersebut kemudian Toein berpikir ingin dan harus membuat gitar untuk dikormesialkan. Sebab, uang yang dia keluarkan untuk eksperimen cukup besar.
Pada 2003, memulai usaha produksi gitar, ia berkenalan dengan Ridho dan berkolaborasi untuk mengembangkan gitar dengan merek Marlique.
Perlahan tapi pasti usaha Toein yang berkolaborasi dengan Ridho berkembang dan bisa memproduksi hingga 200 gitar elektrik per bulan. Namun, pada 2008 terdapat perbedaan visi antara Toein dan Ridho dan akhirnya kongsi mereka bubar, sehingga merek Marlique tidak dilanjutkan.Next
(ang/ang)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!
