"Saat ini kan 80% kebutuhan susu nasional masih dipasok dari impor, hanya 20% dari produksi lokal," ujar Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, Syukur Iwantoro, ditemui di Kantor Kementerian Pertanian, Selasa (25/2/2014).
Syukur mengatakan, salah satu masalah tingginya impor susu saat ini karena peternakan sapi lebih banyak terpusat di Pulau Jawa.
"Karena terpusat di Jawa, produksinya tidak maksimal, seperti di Lembang, jenis sapinya bagus, tapi karena pakan hijauan di Jawa terbatas sehingga produksinya tidak maksimal hanya 8-12 liter per ekor per hari," ucapnya.
Agar tidak terlalu fokus di Jawa saja, Kementerian Pertanian akan menyebarkan peternakan sapi di luar Pulau Jawa.
"Kita mulai mengekstensifikasi, sebarkan sapi-sapi unggul ke peternak di luar Pulau Jawa, paling bagus memang di daerah dataran tinggi, hampir semua pulau di Indonesia ada, daerah di luar Jawa lahannya luas, pakan hijauan tidak ada masalah," katanya.
Syukur mencontohkan, seperti di Sumatera Barat, saat ini makin banyak peternak susu sapi, bahkan permintaan susu segar makin meningkat.
"Di Sumatera Barat itu banyak peternak sapi, karena mereka mengandeng cafe-cafe susu di sana, sama peternaknya juga diolah jadi permen susu, zuppa sup dan olahan lainnya. Bahkan harganya pun sangat tinggi, kalau jual sendiri harga susunya hanya Rp 3.800-Rp 4.200 per liter, kalau menggandeng kemitraan dengan cafe harganya Rp 8.000 per liter. Ini juga berkembang di Sumatera Utara dan Jambi," tutupnya.
(rrd/hen)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!