Seharusnya Ekonomi Indonesia Tak Lagi Bergantung ke AS

Jakarta -Gejolak yang terjadi pada perekonomian negara-negara maju, seperti Amerika Serikat (AS) punya pengaruh yang cukup besar untuk negara berkembang seperti Indonesia. Seperti beberapa waktu lalu saat penarikan stimulus atau tappering off dilakukan oleh Bank Sentral AS The Fed.

Wakil Menteri Keuangan Anny Ratnawati mengatakan harusnya Indonesia tidak bergantung lagi dengan apa yang terjadi pada negara lain, termasuk AS. Untuk itu pembenahan ekonomi secara struktural harus bergulir terjadi.


"Sebetulnya apapun yang terjadi di negara maju AS, kita nggak boleh tergantung mereka kan, persiapan di domestiknya harus dilakukan," ujar Anny di Hotel Le Meredien, Jakarta, Senin (24/2/2014).


Akibat dari kebijakan AS memaksa pasar keuangan domestik ikut bergejolak. Nilai tukar rupiah sejak pertengahan tahun 2013 melemah cukup dalam. Kemudian pertumbuhan ekonomi harus diperlambat agar importasi dapat berkurang.


Indonesia, menurut Anny masih punya cukup waktu untuk perbaikan tersebut. Khususnya dalam menyambut aksi tappering off dari AS. Setidaknya nilai tukar dapat terjaga dengan stabil sesuai dengan fundamental.


"Buat kita adalah yang lebih penting adalah kita jadi lebih punya waktu untuk mempersiapkan kembali bahwa capital inflow maish terjadi. Penguatan rupiah terjadi di Minggu terakhir kemarin. Buat Indonesia di satu sisi kalau capital inflow masih bagus, paling nggak satu kekhawatiran kita kaitannya dengan pelemahan rupiah kan masih bisa kita jaga," paparnya.


Sementara untuk pertumbuhan ekonomi tahun 2014 diproyeksikan pada kisaran 5,8%-6%. Ini didorong oleh agenda pemilihan umum (pemilu) yang akan meningkatkan konsumsi domestik dalam beberapa waktu.


"Mudah-mudahan saja belanja, kan ada pemilu ini paling tidak domestik demand nya naik jadi bisa menjaga pertumbuhan ekonomi pada range 5,8-6%," imbuhnya.


(mkl/ang)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!