CT Dorong Cabai Petani Diolah Jadi Produk Saus Hingga Cabai Bubuk

Jakarta -Pemerintah sedang merancang program industrialisasi cabai olahan yang bisa menghasilkan nilai tambah bagi para petani. Melalui industrialisasi, cabai yang dihasilkan petani dibeli oleh industri untuk dikeringkan. Setelah proses pengeringan cabai, cabai diolah menjadi produk saus dan cabai bubuk.

"Kita belum lakukan kita coba dorong semua sektor untuk masuk ke situ. Setelah itu harus masuk ke cabai olahan supaya nggak kebuang cabainya karena umurnya pendek sekali seminggu sudah busuk. Jadi dikeringkan lebih lama dan diproses ke industri. Ini harus dikerjakan. Jadi cabai kemasan, botol sehingga bisa tahan lama," kata Menteri Koordinator bidang Perekonomian Chairul Tanjung saat ditemui di kantornya kawasan Lapangan Banteng, Jakarta, Senin (30/06/2014).


Alasan mendorong industrialisasi pada produk cabai karena selama ini harga cabai di dalam negeri sangat fluktuatif. Misalnya saat ini harga cabai rawit merah mengalami tren penurunan harga.


Di tingkat pasar tradisional, harga cabai rawit merah dijual Rp 16.000-18.000/kg sedangkan di Pasar Induk Kramat Jati harganya jauh lebih rendah yaitu Rp 6.000-8.000/kg.


Sedangkan harga jual cabai rawit di tingkat petani berkisar Rp 3.000-4.000/kg, padahal harga atau biaya produksinya bisa mencapai Rp 6.000/Kg.


"Filosofisnya kita itu tidak ingin harga itu naik dan sangat signifikan. Kita juga tidak mau harga turun juga sangat signifikan. Kalau naik harga signifikan yang susah konsumennya kalau turun signifikan yang susah petaninya," kata pria yang kerap disapa CT ini.


Menurut CT memang anjloknya harga cabai terjadi karena produksi yang berlebihan. Sehingga ia tidak setuju bila klaim petani mengatakan kalangan industri lebih memilih cabai dalam bentuk pasta impor ketimbang cabai segar produksi dalam negeri.


"Nggak begitu," katanya.


(wij/hen)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!