Jalani Fit and Proper Test, Mirza Dicecar Pertanyaan Soal Rupiah

Jakarta -Mirza Adityaswara mengikuti proses uji kelayakan dan kepatutan atau fit and proper test sebagai Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia di depan Komisi XI DPR RI. Mantan Kepala Eksekutif Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) ini banyak mendapat pertanyaan soal perkembangan nilai tukar rupiah.

Dalam beberapa waktu terakhir, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mendekati level Rp 12.000 per dolar AS. Padahal pada pertengahan 2013, dolar masih berada pada kisaran Rp 9.500.


Menurut Dolfie OFP, Anggota Komisi XI DPR, pelemahan rupiah sudah mengkhawatirkan. Pergerakan nilai tukar merupakan tanggung jawab BI.


"Di mana pertanggungjawaban BI dan Pak Mirza sendiri soal kurs ini. Pelemahan sudah terlalu jauh, bahkan sangat besar," kata Dolfie dalam rapat di Gedung DPR/MPR/DPD, Jakarta, Senin (9/6/2014).


Pada kesempatan yang sama, anggota Komisi XI Ecky Awal Muharram menilai BI sepertinya tak menjalankan tugasnya. "Sampai sekarang, alasannya masih transaksi berjalan. Itu saja terus yang menjadi alasan. Saya bingung, apa tidak kerja ini BI," tegasnya.


Anggota Komisi XI M Fauzi juga mengutarakan lemahnya BI dalam penjagaan nilai tukar. Defisit transaksi berjalan disebabkan oleh besarnya impor bahan bakar minyak (BBM), tetapi belum ada upaya untuk mengatasinya.


"BBM ini seperti hantu. Sudah tahu masalahnya tapi tidak bisa juga dibereskan. Harusnya BI bisa mendorong pemerintah untuk menyelesaikan hantu ini," cetusnya.


(mkl/hds)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!