Pemerintah Pusat Belanja Rp 375 T dalam 5 Bulan, Terbesar Buat Subsidi BBM

Jakarta -Realisasi belanja negara hingga 30 Mei 2014 tercatat Rp 605,7 triliun, atau 32,9% dari pagu dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2014. Sementara belanja pemerintah pusat adalah Rp 375,8 triliun, atau 30,1% dari pagu APBN 2014.

Dari total realisasi belanja pemerintah pusat, alokasi terbesar adalah untuk subsidi bahan bakar minyak (BBM) yaitu Rp 100,8 triliun (47,9%). Demikian disarikan berdasarkan data Kementerian Keuangan yang dikutip detikFinance, Kamis (3/7/2014).


Kemudian untuk belanja pegawai sudah terealisasi Rp 91,5 triliun atau 34,8% dari pagu. Akan tetapi, pada belanja barang baru mencapai Rp 39,6 triliun (18,5%) dan belanja modal realisasinya Rp 20,4 triliun (11,1%).


Pembayaran kewajiban utang tercatat Rp 57,2 triliun atau 47,2% dari pagu. Meliputi utang dalam negeri sebesar Rp 51,5 triliun (47,2%) dan luar negeri Rp 5,8 triliun (47,4%).


Belanja subsidi selain BBM, yaitu listrik terealisasi sebesar Rp 30,3 triliun (42,5%). Sedangkan untuk belanja non subsidi energi Rp 8,8 triliun (17%).


Sementara itu, hibah yang diserahkan pemerintah pusat mencapai Rp 100 miliar (2,8%) dan belanja sosial sebesar Rp 26,4 triliun (28,7%). Serta pada belanja lain-lain juga sudah terealisasi Rp 700 miliar (1,7%).


Di sisi penerimaan negara, hingga 30 Mei 2014 tercatat sebesar Rp 571,95 triliun (34,3%). Meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp 502,25 triliun (32,8%).


"Peningkatan ini disebabkan persentase penerimaan perpajakan yang lebih tinggi 1,3% dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) lebih tinggi 1,9% dari tahun lalu," papar siaran tertulis Kementerian Keuangan.


Dengan perkembangan ini, terjadi defisit anggaran sebesar Rp 33,71 triliun atau 19,2% dari pagu APBN 2014. Lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu Rp 25,87 triliun (16,9%).


Realisasi pembiayaan per 30 Mei tercatat Rp 124,93 triliun (71,2%). Pada periode yang sama tahun sebelumnya, realisasi pembiayaan adalah Rp 80,59 triliun (52,6%). Ini karena pemerintah menerapkan kebijakan front loading, atau banyak menerbitkan obligasi pada awal-awal tahun.


(mkl/hds)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!