OJK Terima 3.118 Pengaduan, Paling Banyak Soal Transaksi Kartu

Jakarta -Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sudah menerima 31.553 layanan konsumen yang terdiri dari 4.244 penyampaian informasi, 24.191 pertanyaan, dan 3.118 pengaduan hingga 16 Januari 2015.

Dari 3.118 pengaduan, sebanyak 346 pengaduan sudah memenuhi syarat administrasi untuk ditindaklanjuti dengan verifikasi lanjutan dan fasilitasi penyelesaian.


Dari 346 pengaduan tersebut, sebanyak 314 pengaduan telah diselesaikan termasuk di antaranya 30 pengaduan yang ditindaklanjuti dengan pembayaran oleh Pelaku Usaha Jasa Keuangan (PUJK) sebesar Rp 4,338 miliar dari total tuntutan finansial pelapor sebesar Rp 5,388 miliar atau 80,53%. Sementara sisanya masih memerlukan proses lebih lanjut.


Anggota Dewan Komisioner OJK Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen Kusumaningtuti S Soetiono bilang, pengaduan paling banyak datang dari sektor perbankan, di antaranya terkait agunan, restrukturisasi kredit, dan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) seperti kartu kredit, debit, dan e-money.


"Pengaduan terbanyak dari perbankan karena jumlah nasabahnya terbanyak dibanding pasar modal dan IKNB. Pengaduan beragam, ada agunan, pembayaran menggunakan kartu, kalau APMK kita teruskan ke BI, ada juga restrukturisasi kredit," paparnya saat ditemui di Menara Radius Prawiro, Komplek Perkantoran BI, Jakarta, Rabu (21/1/2015).


Wanita yang akrab disapa Titu ini menyebutkan, selama 2014, dari total sekitar 2.000 pengaduan, lebih dari 800-900 ada di sektor perbankan dan rate penyelesaiannya sudah sampai 67%.


Selain itu, pengaduan terkait lembaga asuransi dan pembiayaan. Di sektor ini, kebanyakan masyarakat komplain soal cicilan kendaraan.


"Kalau lembaga pembiayaan berkaitan dengan cicilan kendaraan, setelah sekian kali nggak bisa top up langsung ditarik oleh lembaga pembiayaan dan ini yang bikin komplain karena nggak ada kelonggaran keterlambatan," jelas dia.


Untuk sektor pasar modal, Titu menyebutkan, sektor ini paling minim pengaduan. Pasalnya, jumlah nasabah di pasar modal juga tercatat masih minim.


"Pasar modal paling dikit karena paling tipis nasabah pasar modal, perlu edukasi juga karena ini masa depan lembaga keuangan, kita justru meng-encourage masyarakat yang sudah mampu untuk pakai instrumen di pasar modal karena earning-nya lebih besar dibandingkan tabungan/deposito," terang dia.


(drk/ang)

Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com

Informasi pemasangan iklan

hubungi : sales[at]detik.com