Alibaba dari China bakal Cetak IPO Terbesar di Dunia?

Jakarta - Raksasa e-commerce asal China, Alibaba, sedang mencari cara meyakinkan investor dan karyawannya setelah mengalami sedikit kemunduran beberapa waktu lalu. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan menggenjot modal.

Banyak pihak memprediksi pendiri Alibaba, Jack Ma, akan mencari modal melalui penjualan saham perdana alias initial public offering (IPO). Dengan bisnisnya yang sangat luas, bukan tidak mungkin penjualan saham Alibaba ini bisa menjadi IPO terbesar di dunia yang berikutnya.


Maka dari itu, sekarang saat yang tepat untuk menghitung nilai perusahaanya. Seperti dikutip dari Reuters, Senin (29/4/2013), bisnis inti dari perusahaan yang bermarkas di Hangzhou ini adalah perdagangan.


Toko online-nya yang bernama Tmall menyediakan lapak untuk merek-merek besar seperti Nike dan Unilever, sementara Taobao lebih fokus ke perdagangan antar konsumen. Bisa dikatakan mirip Amazon dan eBay versi China.


Sayangnya, dua situs milik Alibaba itu masih belum bisa disandingkan dengan dua perusahaan asal AS itu. Tidak seperti Amazon, Alibaba tidak punya gudang yang menyediakan ruang penyimpanan barang, dan tidak seperti eBay yang meminta uang registrasi dari pengguna, Alibaba cuma dapat uang dari iklan.


Bisnis Aliababa kini sudah meluas, membuat nilai perusahaannya semakin sulit dihitung, sama halnya dengan kebanyakan perusahaan e-commerce asal China lainnya yang tahun lalu total transaksi e-commerce di negeri tirai bambu ini mencapai US$ 204 miliar (Rp 1938 triliun) berdasarkan China Internet Network Information Center. Alibaba juga sekarang punya mobile operating system, yang menyediakan pinjaman kepada para vendornya.


Dua hal penting yang harus diperhatikan dalam menghitung nilai perusahaan Alibaba adalah pertama, berapa banyak yang bisa Alibaba jual dan kedua, berapa persen keuntungan yang didapat dari setiap transaksi. Keuntungan itu diambil dari fee transaksi dan pembayaran iklan.


Pinjaman yang diberikan kepada vendor itu juga bisa ikut dihitung, tapi sampai saat ini program tersebut belum besar dan lebih ditargetkan untuk mengunci para penggunanya sambil mempertahankan pangsa pasar.


Pertanyaan selanjutnya adalah berapa nilai pangsa pasar yang dikuasai Alibaba. Jika industri e-commerce China tumbuh 35% dalam dua tahun ke depan dan Alibaba mempertahankan pangsa pasarnya di kisaran 80%, maka bisa mengamankan transaksi sekitar US$ 300 miliar (Rp 2850 triliun). Angka itu empat kali lebih besar dari pangsa pasar eBay di 2012 lalu.


Sekarang coba bayangkan Alibaba bisa menarik fee transaksi 5% di Taobao. Sekarang ini 500 juta pengguna Tabao masih tidak dikenakan biaya alias gratis, tapi bukan tidak mungkin di kemudian hari Alibaba akan mulai menarik biaya.


Jika nanti Alibaba menarik 5% saja dari setiap transaksi dan pemasangan iklan, maka perusahaan bisa menghasilkan dana US$ 15 miliar (Rp 142,5 triliun). Dana itu hampir sepertiga dari dana yang biasa dihasilkan eBay dari para penggunanya.


Selanjutnya adalah menghitung laba. Taruhlah Alibaba punya marjin keuntungan 30% seperti pada laporan kinerjanya di akhir September 2012, dengan pajak penghasilan di China 15% maka di akhir 2014 nanti Alibaba diperkirakan bisa meraup laba US$ 3,8 miliar (Rp 36,1 triliun).


Dengan proyeksi dan prediksi di atas, apakah Alibaba bisa menjadi IPO terbesar di dunia berikutnya?


(ang/dnl)