Konsumen Sekarang Sudah Kritis, Tak Terpengaruh Mitos Properti

Jakarta - Mitos-mitos dalam properti seperti angka-angka keramat, lokasi tusuk sate memang sudah tak asing lagi di bisnis properti. Namun terbatasnya lahan seperti kota besar di Jakarta, membuat pengembang properti akhirnya juga membangun di areal-areal 'keramat' seperti lokasi 'tusuk sate'.

Misalnya pengembang PT Perdana Gapuraprima Tbk (GPRA) punya proyek apartemen The Bellevue di kawasan Radio Dalam, Jl H. Nawi Jakarta Selatan yang berlokasi di tusuk sate. Pihak pengembang mengklaim kondisi itu tak mempengaruhi pejualan, bahkan mayoritas pembeli di apartemen itu adalah masyarakat keturunan yang selama ini dianggap sensitif terhadap masalah fengshui.


Corporate Secretary PT Perdana Gapuraprima Tbk (GPRA) Rosihan Saad mengatakan, mitos soal tusuk sate atau pun angka keramat di dalam bisnis properti masih selalu jadi perbincangan. Alasannya, hal itu berpengaruh terhadap keberlangsungan bisnis properti. Jika salah 'hitung', bisa-bisa produk yang dijual bisa tidak laku.


"Tapi konsumen sekarang cukup kritis. Selama emosi dan bisnis bisa bersaing dengan baik nggak akan ada masalah. Fengshui kan hitung-hitungan Chinese ya. Tapi ternyata yang beli apartemen Bellevue ini banyak juga orang Chinese," kata Rosihan saat dihubungi detikFinance, di Jakarta, Kamis (11/4/2013).


Untuk itu, kata dia, bagi para pengembang properti, tidak perlu takut menghadapi mitos tusuk sate dan angka keramat ini. Sejauh bisa memberikan yang terbaik dan menghadirkan inovasi yang menarik, konsumen bisa lebih memilih.


"Jangan takut, siasati dengan inovasi. Kita coba hindari tapi kalau pun ketemu yang seperti itu, ya kita coba ubah design-nya. Misalkan desain diubah dengan garis melengkung, biar nggak terlalu frontal, tetap sejajar dengan jalan tapi tidak garis lurus jadi nggak frontal," jelasnya.


(hen/hen)