Tak Masuk Jajaran 100 Bandara Terbaik, AP II: Masih Banyak Preman di Sini

Jakarta - Bandara-bandara di Indonesia belum masuk ke dalam jajaran 100 bandara top dunia yang baru saja dirilis perusahaan konsultan maskapai penerbangan, Skytrax. Banyak kendala yang dihadapi oleh pengelola bandara dan harus segera dibenahi.

Direktur Utama PT Angkasa Pura II, Tri S Sunoko menyebutkan, faktor lingkungan menjadi salah satu aspek kendala pengembangan bandara menjadi berkelas dunia. Banyaknya pedangan asongan, taksi liar menjadi salah satu hal yang ada di bandara Indonesia, namun tak mungkin ada di bandara luar negeri.


"Selain itu di Indonesia ada faktor sosial lingkungan yang tidak ditemui di luar negeri. Di Bandara kita ada taksi gelap, preman, pedagang asongan," kata Tri kepada detikFinance, Jumat (12/4/2013).


Menjadi bandara kelas dunia (world class airport) tidak serta merta menjadi bandraa terbaik di dunia. Dikatakan Tri, setidaknya ada 39 poin persyaratan yang dinilai Skytrax agar masuk ke dalam jajaran 100 bandara terbaik.


"Ya kalau dari customer satisfaction itu kita masih 3,57 dari skala 5. Tapi sekarang kita targetkan di tahun 2015 itu 4,5. Tentunya untuk Bandara Soetta itu 4-4,5 termasuk Kuala Namu," katanya.


Lebih lanjut Tri menyebutkan, target kepuasan pelanggan tersebut berlaku untuk semua bandara di bawah pengelolaan Angkasa Pura II, tak hanya Bandara Soetta dan Kuala Namu yang digadang-gadang akan menjadi world class airport.


"Itu korporat," jelasnya.


Tri sendiri menargetkan, pada tahun 2016 nanti, Bandara Kuala Namu, dan Soekarno Hatta akan menjadi bandara kelas dunia, dia pun optimistis, kedua bandara tersebut akan masuk ke dalam peringkat 100 besar bandara terbaik di dunia.


(zul/dru)