Indonesia Terancam Krisis Insinyur di 2025, Kok Bisa?

Depok - Jumlah sarjana teknik atau insinyur di Indonesia makin menipis, bahkan kalah jauh dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia dan Vietnam. Apa sebabnya?

Saat memberi kuliah umum di depan sejumlah mahasiswa Universitas Indonesia (UI), Menko Perekonomian Hatta Rajasa menyatakan, saat ini pemuda di Indonesia lebih banyak memilih kuliah ilmu politik.


"Indonesia akan krisis insinyur di tahun 2025 artinya kita kekurangan sarjana teknik. Kebanyakan mahasiswa kita suka masuk ke jurusan politik karena mungkin mereka berniat melihat gerak politik di Senayan sana (DPR)," cetus Hatta dalam kuliah umum di Pusat Studi Jepang, Kampus Universitas Indonesia, Depok, Selasa (28/05/2013).


Menurut Hatta, bila dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia dan Vietnam, Indonesia mempunyai lulusan sarjana teknik yang jauh lebih rendah. "Kita hanya mempunyai lulusan 164 orang per 1 juta penduduk Indonesia. Sedangkan Malaysia sudah 300 orang dan Vietnam juga di atas kita," kata Hatta yang merupakan insinyur perminyakan dari Institut Teknologi Bandung (ITB) ini.


Hatta mengaku sedih melihat rendahnya lulusan sarjana teknik di Indonesia. Padahal Indonesia membutuhkan banyak lulusan sarjana teknik terutama mendukung program MP3EI yang dicanangkan pemerintah sejak tahun 2011.


"Mengapa lulusan teknik kita rendah? karena barang mentah di ekspor semua. Kita akan kekurangan 175 ribu sarjana teknik per tahun jika ekonomi MP3EI kita jalan hingga tahun 2025. Betapa kita sedih, karena yang kerja kuli semua. Batubara, bauksit, nikel atau sawit hanya dipetik kemudian diekspor. Sejak dicanangkan 2011 kita sudah investasi untuk MP3EI sebesar Rp 600 triliun dan sampai 2015 kita investasi Rp 4.000 triliun. Kita ingin menjadi negara maju dan kita tidak mau lagi mengeskpor barang mentah kita," jelas Hatta.


(wij/dnl)