Bulog Tak Mau Hanya Jadi Importir Daging Dadakan

Jakarta - Pemerintah telah menunjuk sementara Perum Bulog sebagai stabilisator harga daging khusus menjelang Ramadhan dan Lebaran, termasuk menugaskan Bulog sebagai importir daging. Hal ini dilakukan untuk menekan tingginya harga daging sapi saat ini yang mencapai Rp 90.000-95.000/kg.

Namun Direktur Utama Perum Bulog Sutarto Alimoeso ingin Perum Bulog menjadi importir daging tetap. Artinya Bulog tak mau jadi pelaku importir daging sementara atau dadakan.


"Saya pikir seharusnya peran Bulog itu tidak sementara. Hal ini dikarenakan aspek Bulog selain sebagai stabilisasi juga ditugaskan ke bisnis komersial. Tetapi jika didesain selama satu tahun ini menjadi bisnis Bulog sebagai perusahaan umum," ungkap Sutarto saat dihubungi detikFinance, Kamis (30/05/2013).


Dikatakan Sutarto, Bulog sudah memikirkan rencana bisnis sapi jangka panjang. Bahkan pihaknya mengklaim sudah melakukan pembicaraan dengan eksportir peternak Australia dan Selandia Baru tentang kemungkinan mengimpor sapi bakalan dari mereka.


"Jika Bulog ini boleh berbisnis daging sapi, kita sudah buat planning jangka panjang seperti apa. Contohnya Bulog bekerjasama dengan eksportir disana. Kita membangun feedloter (penggemukan sapi). Australia dan Selandia Baru kita suplai bibit dan bakalan, kita sortir di sini untuk menjaga kepentingan industri," tuturnya.


Ia pun mengakui bisnis daging sapi adalah bisnis paling menggairahkan saat ini.


"Dagin ini investasi. Jadi kalau jangka pendek ini tidak akan kembali modalnya. Sehingga kita mengusulkan ini menjadi bagian tugas kita untuk menangani daging secara berkelanjutan," cetusnya.


Seperti diketahui Bulog mendapat tugas mengimpor daging dalam rangka stabilisasi harga daging di dalam negeri. Rencananya hasil daging impor akan digunakan sebagai daging operasi pasar.


(wij/hen)