Harga BBM Murah, Wamen ESDM: Kenikmatan Membawa Sengsara

Jakarta - Harga BBM subsidi yang murah di Indonesia diibaratkan pemerintah sebagai kenikmatan yang membawa sengsara. Karena pemerintah 'tekor' membayar subsidi yang terus membengkak, akibat tingginya konsumsi BBM subsidi.

"Harga BBM murah itu seperti kenikmatan membawa sengsara," ucap Wakil Menteri ESDM Susilo Siswoutomo ketika ditemui di kantornya, Jakarta, Kamis (30/5/2013).


Dikatakan Susilo, murahnya harga BBM subsidi yang sekarang Rp 4.500/liter, memang mendorong ekonomi dan daya beli masyarakat tumbuh. Namun, dengan harga BBM subsidi yang murah, pemerintah dibuat sengsara, akibat beban subsidi yang makin besar dan membuat APBN mengarah ke defisit yang lebih besar lagi.


"Sengsaranya ya APBN kita jebol, itu lebih berbahaya, untuk menghindarkan APBN jebol maka subsidi BBM harus dikurangi, diharapkan suatu saat masyarakat bisa membeli BBM dengan harga sesuai keekonomian agar uang APBN banyak untuk hal lain," tandasnya.


Seperti diketahui, setiap liter BBM subsidi (premium dan solar) Rp 4.500 per liter mengandung subsidi Rp 5.000-Rp 5.500 per liter, pasalnya harga keekonomian premium saat ini sekitar Rp 9.500-Rp 10.000 per liter.


Pemerintah mengakui BBM subsidi yang disalurkan hampir 70%-nya tidak tepat sasaran, atau lebih dinikmati oleh orang mampu yang seharusnya tidak perlu diberi subsidi.


Di sisi lain, angka impor BBM terus meningkat seiring peningkatan kebutuhan BBM, di mana per harinya diperlukan 1,4 juta kiloliter BBM sementara produksi minyak Indonesia hanya 560.000 barel per hari sesudah dibagi dengan jatah produsen minyak. Artinya Indonesia harus impor BBM sekitar 900.000 barel per hari.


Sedangkan untuk melakukan impor BBM subsidi diperlukan dolar yang sangat banyak, sehingga tidak hanya membuat dana BBM subsidi makin besar tetapi juga menekan mata uang rupiah Indonesia terhadap dolar khususnya dolar AS yang saat ini saja sudah hampir menembus Rp 10.000 per dolar.


(rrd/dnl)