Setelah Minyak, Giliran Industri Petrokimia Iran 'Dilumpuhkan' AS

Washington - Pemerintah Amerika Serikat (AS) mengenakan sanksi baru kepada industri petrokimia Iran. Ini dilakukan AS untuk memangkas penghasilan Iran, setelah sebelumnya melakukan sanksi larangan ekspor minyak Iran.

Selain itu, pemerintah AS juga mengumumkan akan menindak perusahaan-perusahaan yang berbasis di Siprus, Kyrgyztan, Ukraina, dan Uni Emirate Arab yang ketahuan mendukung Iran untuk melakukan pengembangan program nuklir.


Para pejabat di pemerintahan AS mengatakan, mereka mengambil kebijakan sanksi untuk industri petrokimia Iran, karena industri industri ini merupakan sumber penghasilan kedua Iran setelah minyak.


"Kami berkomitmen untuk mengintensifkan tekanan terhadap Iran, bukan hanya mengenakan sanksi baru, tapi juga secara aktif memperkuat sanksi-sanksi yang telah dilakukan. Kami akan terus bekerja dengan (negara-negara) partner kami di seluruh dunia untuk memastikan tekanan sanksi ke Iran berjalan," ujar pejabat Departemen Trasury AS David Cohen dikutip dari AFP, Sabtu (1/6/2013).


Sebelumnya, AS menyatakan telah menerapkan berbagai sanksi, termasuk melarang adanya transaksi keuangan perusahaan AS dengan Niksima Food & Beverage Co, yang merupakan perusahaan produsen yoghurt asal Dubai.


Departemen Treasury AS telah mengidentifikasi delapan perusahaan petrokimia Iran yang dikontrol langsung oleh pemerintah di Tehran.


AS, Israel, dan negara-negara di Eropa telah meminta Iran untuk menghentikan kegiatan uraniumnya, karena dikhawatirkan bakal digunakan untuk membuat bom nuklir. Namun pihak Iran menyatakan, program nuklir dikembangkan untuk perdamaian.


Sejak tahun lalu, AS menyatakan akan memberi sanksi kepada siapa saja yang berani membeli minyak dari Iran. Terakhir, AS memberikan sanksi kepada Ferland Co yang berbasis di Siprus dan Ukraina karena membantu perusahaan tanker Iran.


Selain itu, AS juga melarang adanya pengiriman laptop, telepon selular, dan beberapa produk lain ke Iran.


(dnl/dnl)