Phillip Securities: IHSG Berpotensi Turun

Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun tajam pada perdagangan Selasa (11/06), dan mencatat salah satu penurunan harian terbesar, di tengah kekhawatiran investor terhadap efek diterapkannya kenaikan harga BBM bersubsidi. IHSG jatuh 167.417 poin, atau 3.50%, di 4,609.948. Secara year-to-date, indeks komposit saham Indonesia tersebut masih tercatat naik 6.06%, namun jauh di bawah kenaikan year-to-date sebesar 18.60% yang pernah dicapai pada tanggal 24 Mei baru-baru ini. Seluruh sektor utama IHSG ditutup negatif, antara lain sektor industri dasar jatuh 5.22%, sektor konstruksi, properti dan real estat turun 5.18%, dan sektor pertambangan kehilangan 3.85%. Sementara indeks LQ45 ditutup di 757.276, turun 28.639 poin atau 3.64%. Turunnya IHSG memang cukup drastis akhir-akhir ini. Namun penurunan tersebut lebih disebabkan aksi jual jangka pendek oleh investor asing yang dipicu oleh kekhawatiran efek tekanan inflasi setelah diberlakukannya kenaikan harga BBM bersubsidi dan menjelang bulan Ramadhan yang biasanya disertai kenaikan tajam terhadap tingkat permintaan barang. Untuk jangka panjang, IHSG masih berpotensi kembali pulih terutama didukung oleh emiten-emiten dengan fundamental yang kuat. Tekanan pada IHSG juga terjadi dari jatuhnya Rupiah ke level di bawah 10,000 per dolar AS, di tengah musim pembayaran utang luar negeri Indonesia yang biasanya dilakukan pada pertengahan tahun. Selain itu, tekanan juga datang dari jatuhnya indeks-indeks saham regional Asia pada hari Selasa. Sebanyak 292 saham turun, 44 saham naik, dan sisanya 141 saham tidak berubah pada perdagangan Selasa di Bursa Efek Indonesia, dimana 5.41 miliar lembar saham senilai Rp 8.05 triliun berpindah tangan di pasar reguler. Investor asing membukukan aksi jual bersih sebesar Rp 3.98 triliun. Saham-saham yang membukukan kenaikan terbanyak pada perdagangan Selasa antara lain Maskapai Reasuransi Indonesia (MREI) naik 650 poin atau 22.81% ke Rp 3,500, Pioneerindo Gourmet International (PTSP) menguat 425 poin atau 13.49% di Rp 3,575, First Media (KBLV) bertambah 80 poin atau 11.94% menjadi Rp 750, Atlas Resources (ARII) mencetak 110 poin atau 10.09% di Rp 1,200, dan Reliance Securities (RELI) memperoleh 50 poin atau 9.62% di Rp 570. Sementara saham-saham yang turun paling tajam di antaranya Nusantara Inti Corpora (UNIT) jatuh 90 poin atau 20.23% ke Rp 355, Lionmesh Prima (LMSH) turun 2200 poin atau 17.74% ke Rp 10,200, Mitra International Resources (MIRA) kehilangan 14 poin atau 16.87% di Rp 69, Siantar Top (STTP) terpangkas 290 poin atau 16.67% di Rp 1,450, dan Langgeng Makmur Industri (LMPI) melemah 50 poin atau 15.87% di Rp 265.

Saham-saham AS mengakhiri sesi perdagangan pada hari Selasa (11/06) dengan penuruann yang cukup tajam setelah BOJ memilih untuk menahan kebijakan ekonominya, yang disertai dengan kekhawatiran akan kebijakan bank sentral AS yang tidak akan menambah stimulus ekonominya. Indeks Dow Jones Industrial Average diwarnai dengan pergerakan yang fluktuatuif dengan turun sebanyak 152 poin, lalu berubah menjadi positif namun tidak mampu mempertahankan posisis dan berakhir dengan penurunan 116.57 poin, atau 0.8%, pada 15,122.02 Indeks S & P 500 turun 16.68 poin, atau 1%, ke 1,626.13, dengan sektor keuangan menjadi yang paling terpukul di antara 10 industri utama. The Nasdaq Composite turun 36.82 poin, atau 1.1%, ke 3,436.95.


Perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia akan berpotensi bearish (turun). Belum adanya data pendukung dari pasar AS, dan kebijakan bank sentral Jepang (BoJ) yang tidak mendukung pasar dengan penahanan suku bunga dan tidak adanya stimulus tambahan dari BoJ akan menjadi katalis negatif. Sementara kecenderungan upside potensial dari IHSG terlihat dari kemungkinan technical rebound. Level IHSG yang telah turun sekitar 5% selama dua hari berturut-turut akan menjadi katalis untuk upside potensial. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kami perkirakan akan bergerak bearish (turun) dengan support dan resistance masing-masing di 4,450. dan 4,863.


Technical Stock Screener:

Bullish Trend:

CTRS - Bullish ( S2: 3,150 , S1: 3,225 , R1: 3,450 , R2: 3,600 )

DLTA - Bullish ( S2: 343,350 , S1: 346,650 , R1: 351,650 , R2: 353,350 )

BATA - Bullish ( S2: 85,000 , S1: 85,000 , R1: 85,000 , R2: 85,000 )

TCID - Bullish ( S2: 11,900 , S1: 11,900 , R1: 11,900 , R2: 11,900 )

DILD - Bullish ( S2: 480 , S1: 500 , R1: 550 , R2: 580 )


Bearish Trend:

PTBA - Bearish ( S2: 11,250 , S1: 11,550 , R1: 12,400 , R2: 12,950 )

UNTR - Bearish ( S2: 14,750 , S1: 15,150 , R1: 16,300 , R2: 17,050 )

SGRO - Bearish ( S2: 1,810 , S1: 1,850 , R1: 1,910 , R2: 1,930 )

BYAN - Bearish ( S2: 7,250 , S1: 7,350 , R1: 7,550 , R2: 7,650 )

KRAS - Bearish ( S2: 475 , S1: 485 , R1: 500 , R2: 520 )


(dru/dru)