Dolar Tembus Rp 10.000, SBY Angkat Bicara

Jakarta - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjelaskan sebab-sebab nilai tukar rupiah yang sempat melemah hingga diperdagangkan di level Rp 10.000/US$. SBY melihat pelemahan nilai tukar tidak hanya terjadi di dalam negeri namun di negara-negara kawasan Asia lainnya.

"Pelemahan rupiah terhadap dolar AS memang ada. IHSG terutama, dalam kurun waktu 4-5 hari mendatang," ungkap SBY di Istana Merdeka, Rabu (12/6/2013).


"Ada potensi perlambatan pertumbuhan ekonomi. Harus saya sampaikan secara jujur ada. Tapi pelemahan rupiah dan IHSG, perlambatan perekonomian tidak hanya terjadi di negeri kita. Tapi global, regional dan banyak negara," imbuh SBY.


Menurutnya, perlambatan perekonomian global dipicu oleh isu kebijakan di AS mengenai Quantitative Easing (QE) yang tidak akan dilanjutkan. Sehingga berpengaruh pada likuiditas tingkat global.


"Publikasi Tiongkok (China) soal pertumbuhan ekonomi di kuartal I memberikan sentimen yang kurang positif kepada pasar keuangan global. Jadi terjadi penurunan tajam bursa saham regional. Kita lihat Bangkok dan Manila mendapat pukulan berat," ungkapnya.


Sebelumnya, BI melaporkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sudah bergerak stabil di kisaran Rp 9.800-an. Rupiah hari ini, Rabu (12/6/2013) ditutup di level Rp 9.855/US$.


"Kurs ditransaksikan stabil dan ditutup di level Rp 9.855/US$. Sementara Non-Deliverable Forward (NDF/Lindung Nilai Mata Uang) 1 bulan turun menjadi Rp 10.120/US$ dari Rp 10.400/US$," ungkap Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Difi Johansyah.


(dru/dnl)