Pria kelahiran 28 Juni 1959 ini mengatakan, saat dirinya diangkat sebagai Dirut Garuda di 2005, kondisi keuangan Garuda 'merah', bahkan bisa dianggap bangkrut secara korporasi.
"Di 2005 secara legally bangkrut. Merah semua. Hampir 12 tahun cuma 3 tahun untung. Kita secara legally bangkrut. Saat diangkat saya minta melepaskan liability bangkrut ini," ucap Emir di acara Seminar Internasional yang diadakan di Hotel Pullman, Jalan MH Thamrin, Jakarta, Selasa (17/9/2013).
Melihat kondisi itu, Emir bersama jajaran manajemen merancang program revatilisasi. Pertama kali yang dilakukan adalah restrukturisasi utang, memperbaiki layanan, hingga memperkecil lini bisnis.
"Dua tahun pertama survival stage, tahun pertama perkecil bisnisnya agar punya pondasi solid. Setelah dua tahun baru investasi dengan pesawat, cabin kru," jelasnya.
Ketika kondisi keuangan mulai positif. Garuda kemudian melakukan program revitalisasi atau peremajaan armada, kru kabin, hingga IT. "Diperbarui pramugari akan pensiun 36, yang lama itu 56 (tahun)," sebutnya.
Meskipun Garuda telah melakukan revitalisasi untuk layanan, kru kabin hingga armada. Para penumpang internasional kerap tidak percaya kalau armada Garuda telah diperbaharui. Khususnya terkait armada.Next
(feb/dnl)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!