RI Perlu Belajar Dari Thailand Soal Neraca Perdagangan

Bandung - Neraca perdagangan Indonesia terus defisit, padahal hal in bagian dari fundamental perekonomian. Indonesia perlu belajar dari negara tetangga yang neraca perdagangannya kuat seperti Thailand.

"Kalau Thailand misalnya, dia ada neraca perdagangan yang kuat," kata Kepala Divisi Stabilitas Sistem Keuangan OJK Hari Tangguh di Acara Pelatihan di Hotel Sensa Bandung, Jawa Barat, Minggu (8/9/2013).


Indonesia juga pernah mengalami kondisi rupiah anjlok, dan inflasi yang melambung tinggi pada krisis 1998. Namun pada periode itu ada kebijakan yang diterapkan pemerintah sehingga Indonesia mampu pulih dari keterpurukan.

Sementara itu, Ketua Dewan Komisioner OJK Rahmat Waluyanto di tempat yang sama mengatakan untuk mengantisipasi masalah gejolak ekonomi khususnya di pasar saham, perlu diversifikasi instrumen investasi untuk bisa meningkatkan kepercayaan pelaku pasar.


Menurutnya, ada 2 hal yang dapat menggerakkan pasar Indonesia yaitu kinerja termasuk aspek fundamental dan sentimen. Kedua hal tersebut sangat berpengaruh terhadap kondisi perekonomian Indonesia.


"Penggerak pasar ada 2 yaitu kinerja yang termasuk aspek fundamental dan sentimen, kinerja jelek tapi kalau nggak ada sentimen negatif ini tidak akan memicu volatilitas," katanya.


Untuk itu, perlu adanya diversifikasi instrumen investasi untuk bisa mengamankan portofolio seperti pemindahan saham ke obligasi atau deposito. Selain itu, perlu dibentuk Investor Protection Fund (IPF) untuk melindungi dana investor di pasar modal.


"Pelaku pasar perlu dibentuk IPF nanti kalau ada yang merugikan investor padahal bukan kesalahan dia, terutama investor kecil jadi perlu ada perlindungan," kata dia.


Hal lain juga perlu menegakkan market integrity dengan membangun infrastruktur perdagangan yang efisien agar investasi aman.


"Di pasar modal ada jenis infrastruktur yang dibangun terkait single investor identity (SID) untuk mempermudah dan melacak transaksi apakah transaksi dilakukan oleh investor yang bersangkutan dan cara bertransaksi sehingga ada investor nakal bisa dilihat," ucapnya.


Dia menambahkan, perlu adanya insentif pajak untuk investor sehingga market bisa dikembangkan. "Misalkan investor dari luar karena mereka membawa masuk modal ke Indonesia dan menggerakkan pasar dan bisa meningkatkan likuiditas pasar," kata Rahmat.


(drk/hen)


Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!