Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan, penyebab melonjaknya subsidi energi tahun depan adalah karena perhitungan dolar AS ditetapkan Rp 10.500.
"Hanya pelemahan rupiah, jadi kalau penyebabnya subsidi melonjak, ya nilai tukar," kata Chatib kepada wartawan di kantornya, Jakarta, Selasa (17/9/2013)
Pemerintah mematok harga minyak atau Indonesian Crude Price (ICP) tahun depan US$ 100-115/barel. Kemudian nilai tukar rupiah lebih tinggi dari tahun ini menjadi Rp 10.500/US$.
"Makanya kalau rupiah alami peningkatan akan pengaruh," sebutnya.
Seperti yang diketahui, akibat kenaikan belanja subsidi membuat nilai belanja dalam RAPBN 2014 naik menjadi Rp 1.849,8 triliun atau naik Rp 33 triliun dari anggaran nota keuangan Rp 1.816,7 triliun.
Belanja subsidi energi di RAPBN 2014 melonjak Rp 44,1 triliun, dari Rp 284,7 triliun menjadi Rp 328,7 triliun. Angka tersebut terbagi 2 yakni untuk subsidi BBM Rp 35,9 triliun dan subsidi listrik Rp 8,2 triliun.
"Sedangkan estimasi subsidi BBM, bahan bakar nabati (BBN), dan elpiji menjadi Rp 230,8 triliun atau naik Rp 35,9 triliun dari RAPBN 2014 sebesar Rp 194,9 triliun," papar Chatib.
Selain subsidi untuk BBM, anggaran subsidi listrik pun terdongkrak naik Rp 8,2 triliun, dari Rp 89,8 triliun menjadi Rp 98 triliun yang tercantum dalam proyeksi tahun 2014.
(mkl/dnl)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!