Minyak sawit bersertifikasi RSPO tersebut tumbuh di lahan seluas 2,2 juta hektar. Tercatat sekitar sekitar 48,2% kapasitas produksi minyak sawit berkelanjutan bersertifikat RSPO tumbuh di Indonesia, diikuti dengan 43,9% dari Malaysia, dan sisanya 7,9% berasal dari Papua Nugini, Kepulauan Solomon, Thailand, Kamboja, Brasil, Kolombia, dan Ivory Coast.
RSPO merupakan asosiasi nirlaba yang menyatukan pemangku kepentingan dari tujuh sektor industri minyak sawit, yaitu: produsen kelapa sawit, pedagang dan pengolah kelapa sawit, produsen produk-produk konsumen, ritel, perbankan dan investor, lembaga swadaya masyarakat pelestarian lingkungan, dan lembaga swadaya masyarakat untuk isu sosial dan pembangunan.
RSPO bertujuan untuk mengembangkan dan menerapkan standar internasional untuk perwujudan minyak sawit berkelanjutan.
Terkait dengan produksi sawit berkelanjutan, pihak Mongabay.com menyelenggarakan debat online menggandeng RSPO, WWF, dan Greenpeace. Debat online ini telah disaksikan oleh lebih dari 1.500 penonton sejak dilakukannya siaran langsung secara online.
Dalam keterangan tertulis WWF, dikutip detikFinance Selasa (29/10/2013) seluruh panelis menyetujui bahwa menolak minyak sawit bukanlah sebuah solusi, adapun solusi satu-satunya adalah dengan terus mempromosikan minyak sawit yang berkelanjutan dan bertanggungjawab dengan visi untuk menjadikannya sebagai solusi utama diseluruh pasar industri minyak sawit.
Debat online ini membahas, di antaranya, kebakaran hutan di Indonesia pada bulan Juni 2013, ketegasan standar RSPO, dan peran perusahaan serta konsumen dalam mendorong transformasi pasar.Next
(hen/dru)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!