Dengan kartu ini, pembelian BBM subsidi di sebuah kendaraan bisa diketahui. Pemerintah pun berharap bisa lebih tepat dalam mengalokasikan anggaran subsidi BBM, yang selama ini membengkak melebihi pagu. Bagaimana kira-kira efektivitas program ini untuk mengendalikan konsumsi BBM bersubsidi?
Bambang Brodjonegoro, Pelaksana Tugas Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, mengatakan penggunaan radio frequency identification (RFID) lebih efektif dalam menekan konsumdi premium dan solar. Namun kebijakan ini membutuhkan waktu untuk diimplementasikan.
"Kalau kita mau melakukan pembatasan BBM subsidi, paling efektif pakai RFID. Tetapi RFID mungkin tidak secepat yang seharusnya. Pemasangan RFID di setiap pom bensin dan mobil itu butuh waktu,” kata Bambang.
Oleh karena itu, Bambang menilai Kartu Fasilitas BBM Bersubsidi bisa menjadi prioritas dalam waktu dekat. "Karena lebih murah dan tidak butuh teknologi yang macam-macam. Kami appreciate ada upaya cashless transaction, membeli bensin pakai kartu,” katanya.
Komaidi, pengamat energi dari ReforMiner Institute, menilai kebijakan RFID dan Kartu Fasilitas BBM Subsidi justru akan tumpang tindih. Kedua kebijakan ini bertujuan sama, yaitu mengontrol konsumsi BBM.
“Dua-duanya akan mendapat anggaran dari APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara), padahal tujuannya sama. Kalau ada dua program yang tujuannya sama, efektivitas dan efisiensinya tidak didapat,” tutur Komaidi.
Juniman, Kepala Ekonom BII, berpendapat lain. Dia menilai Kartu Fasilitas BBM Subsidi akan sulit berjalan mulus di lapangan. “Ini berhubungan dengan petugas di SPBU, bisa saja ada ‘permainan’. Perlu ada pengawasan lebih dan itu tentu membutuhkan cost,” tegasnya.
Jika ternyata biaya pelaksanaan sistem Kartu Fasilitas BBM Subsidi tidak sebanding dengan manfaat yang didapat, Juniman mengatakan sebaiknya ada kajian ulang.
Di level perusahaan, lanjut Juniman, memang sudah ada sistem penggunaan kartu untuk pembelian BBM. Namun bicara mengelola negara, tentu akan sangat berbeda. “Ini melibatkan pengguna kendaraan bermotor dari Sabang sampai Merauke. Di lapangan pasti nanti akan ada saja masalah yang timbul,” tuturnya.
(DES/DES)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!
