Banjir Besar dan Cuaca Ekstrem, PLN Ikutan Rugi

Jakarta -Bencana banjir besar dan cuaca ekstrem melanda sejumlah wilayah di Indonesia, khususnya di Jawa. PT PLN (Persero) juga mengalami kerugian akibat kondisi cuaca dan banjir ini.

Direktur Utama PLN Nur Pamudji mengatakan, akibat banjir yang terjadi, pernah sampai ada 200 gardu listrik yang dimatikan oleh PLN di pulau Jawa. Kondisi ini membuat sejumlah wilayah mengalami mati lampu.


Sementara untuk menyalakan kembali, PLN harus mengajak pemuka masyarakat setempat, sampai Ketua RT, RW, untuk memastikan tidak ada lagi rumah yang terendam. Sehingga bisa dinyalakan kembali gardunya.


"Daerah yang kena dampak di Pulau Jawa, di Sumatera nggak ada, biasa normal. Di Jawa luar biasa, walaupun 2-3 hari surut dan kita menyalahkan kembali," jelas Nur di kantor Menko Perekonomian, Lapangan Banteng, Jakarta, Kamis (5/2/2014).


Namun, kerugian yang dialami dari terendamnya gardu-gardu ini masih dikumpulkan data-datanya. "Tentu ada biaya yang keluar di masing-masing wilayah, saya belum meminta laporan di pusat. Di Jateng juga masih ada rendaman," cetus Nur Pamudji.


Wilayah yang jumlah gardunya paling banyak dimatikan adalah di Jakarta dan Jawa Tengah.


Selain soal gardu yang terendam, PLN juga mengalami kerugian dari terganggunya pasokan batu bara untuk bahan bakar pembangkit listriknya. Di tengah cuaca yang ekstrem saat ini, pengiriman batu bara tersendat.


"Kalau biasanya seminggu bisa 5 tongkang, sekarang hanya 2 tongkang. Sehingga storage (pasokan) kita terus turun yaitu simpanan batu bara tidak normal. Harus dialami lah, alam tidak berpihak kepada kita, sudah di bawah normal. Di semua PLTU di Jawa ini mengalami penurunan pasokan karena Laut Jawa sedang tidak bersahabat," kata Nur Pamudji.


Dia mengatakan, pengiriman batu bara dari Kalimantan dan Tarakan mengalami kesulitan dan tidak selancar seperti saat laut tenang. PLN terus berusaha tidak ada dampaknya kepada masyarakat. "Segera norrmal saya harap cuaca ini. Kalau terus-terusan 3 bulan berat dan bakal berat. Sejak akhir Desember sudah mulai cuaca ini. Syahbandar yang biasa setop dan melarang pelayaran," kata Nur Pamudji.


(dnl/ang)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!