"Kurangi subsidi BBM dan listrik maka ekonomi dapat berjalan lebih stabil," kata Agus saat seminar proyeksi ekonomi 2014 di Hotel Mulia, Jakarta, Rabu (26/2/2014)
Ia menuturkan, saat negara berniat mempercepat pertumbuhan ekonomi maka banyak tantangan yang harus dilalui. Salah satunya adalah ancaman dari defisit neraca perdagangan dan transaksi berjalan.
Menurutnya selama subsidi energi masih besar maka kebutuhan konsumsi minyak akan tinggi. Sementara produksi minyak terus menurun sehingga memaksa impor dalam jumlah besar.
"Akibatnya seperti sekarang kita sangat berat untuk tumbuh karena ada defisit pada transaksi berjalan," sebutnya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia Suryo Bambang Sulisto menilai kebijakan yang tetap mempertahankan subsidi BBM merupakan kelemahan dari pemerintah dan DPR. Kedua pihak dianggap sudah mengetahui sumber permasalahan dan solusinya, namun tidak dijalankan.
"Kenapa kita tidak berani menghilangkan subsidi itu kalau tahu itu salah. Kenapa pemerintah dan DPR tidak melakukan sesuatu dengan hal itu," kata Suryo
Ia sangat berharap pada presiden terpilih ke depannya. Sebab jika itu dijalankan, pertumbuhan ekonomi dapat melesat cepat dan tidak terhambat oleh ketidakstabilan ekonomi dalam negeri.
"Kalau saja itu dilakukan, kita bisa tingkatkan pertumbuhan ekonomi atau kondisinya seperti ini saja," imbuhnya.
(mkl/hen)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!