Tapi kenapa rupiah masih bertengger di 12.000/US$?
Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan nilai tukar yang belum menguat disebabkan oleh faktor eksternal. Terutama kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Fed yang melakukan penarikan stimulus.
"Artinya fenomena pergerakan nilai tukar didorong lebih oleh faktor eksternalnya. Kebijakan The Fed," kata Chatib di kantornya, Jakarta, Rabu (5/2/2014)
Chatib menuturkan satu pekan lalu, hampir seluruh mata uang negara berkembang melemah sangat dalam. Diantaranya adalah India, Turki, Brasil dan Argentina. Secara umum ini diakibatkan oleh kebijakan The Fed.
"Minggu lalu, hampir seluruh emerging markets currency-nya kena, India itu naiknya tajam sekali dari 6,1 ke 6,3%. Lihat Turki lira, itu naik dari 9% ke 11%, Brasil real itu dari 2,4% ke 2,7%, kalau lihat lagi Argentina peso itu 30% dropnya," jelasnya
Akan tetapi surplus pada neraca perdagangan bukan tidak memberikan efek positif. Mulai membaiknya persoalan internal membuat rupiah stabil dan tidak jatuh seperti mata uang di negara lainnya.
"Lihat rupiah itu 12.000/US$ ke 12.100/US$, berarti rupiah relatif lebih stabil, Ini karena faktor domestiknya cukup mmbendung tekanan yang lebih jauh, mungkin kalau tidak terjadi kalau tidak ada info yang baik pada saat domestik, bisa terjadi pressure lebih tinggi," paparnya.
(mkl/dru)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!