Malaysia Airlines, Maskapai dengan Kerugian Rp 3 Triliun

Jakarta -Hari ini, sebuah pesawat Boeing 777-200 milik Malaysia Airlines hilang kontak saat terbang menuju Beijing, China. Total ada 227 penumpang yang berada dalam pesawat tersebut, termasuk warga negara Indonesia. Maskapai ini memang tengah mengalami kondisi berat.

Pada tahun lalu, Malaysia Airlines mengalami kerugian yang cukup besar, yaitu 1,17 miliar ringgit, atau sekitar Rp 3,5 triliun. Pelamahan nilai tukar ringgit terhadap dolar, serta mahalnya bahan bakar menjadi penyebab kerugian maskapai nasional Malaysia ini.


Menurut data AFP, yang dilansir, Sabtu (8/3/2014), dalam empat kuartal berturut-turut di 2013, maskapai ini terus mengalami kerugian. Kerugian di 2013 ini, naik 3 kali lipat dari rugi di 2012 yang mencapai 433 juta ringgit.


"Memasuki 2014, Malaysia Airlines memprediksi lingkungan bisnis masih menantang dengan tingginya harga bahan bakar, bergejolaknya nilai tukar, dan juga kompetisi yang makin ketat," demikian pernyataan Malaysia Airlines kepada bursa Malaysia, seperti dilansir dari AFP.


Pada 2013 lalu, maskapai ini memperoleh pendapatan 15,1 miliar ringgit, naik 10% dibandingkan 2012. Jumlah penumpang juga naik hampir 30%. Namun pengeluaran biaya maskapai ini naik 10% menjadi 14,9 miliar ringit di tengah tingginya harga bahan bakar.


"Dengan bertumbuhnya pasar, Malaysia Airlines harus meningkatkan kapasitas, agar bisa menjadi pemain utama," kata Chief Executive Officer Ahmad Jauhari Yahya.


Maskapai ini tengah dilanda peristiwa hilangnya kontak dengan Subang Air Traffic Control hari ini pukul 02.40 waktu setempat, atau sekitar 2 jam setelah lepas landas. Pesawat ini lepas landas dari Kuala Lumpur pada Sabtu pukul 00.41 waktu setempat. Dijadwalkan pesawat ini sudah mendarat di Beijing, China pada pukul 06.30 waktu setempat, pada hari yang sama.


Pusat kendali udara China, seperti dikutip Xinhua menyatakan pesawat tersebut sama sekali tidak memasuki wilayah udara negara tersebut. Pesawat tersebut juga tidak melakukan kontak sama sekali dengan pusat kendali udara di China.


Namun dilaporkan, pusat kendali udara di Vietnam sempat mendeteksi keberadaan pesawat Boeing 777-200 tersebut di dalam wilayah udaranya. Pesawat tersebut memang menempuh jalur penerbangan melalui Semenanjung Indochina. Namun rupanya pendeteksian tersebut merupakan yang terakhir kali, karena setelah itu pesawat hilang kontak.


(dnl/dnl)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!