Mengurangi subsidi BBM memang mengundang kontroversi, karena dinilai merugikan dan menyengsarakan rakyat. Lalu bagaimana pemerintah bisa mengubah pandangan tersebut?
Montty Girianna, Direktur Divisi Energi, Sumber Daya Mineral, dan Pertambangan Bappenas mengatakan ini memang tugas berat untuk pemerintah ke depan. Perlu meyakinkan masyarakat yang sudah terbiasa dengan harga BBM yang murah selama puluhan tahun.
Namun, masyarakat bisa menerima pengurangan subsidi BBM jika diimbangi dengan pengembangan energi alternatif seperti bahan bakar gas (BBG). Dengan begitu, masyarakat akan kehilangan hak untuk mendapat subsidi.
"Kebijakan BBM itu makanya harus dibuat satu paket, tidak sepotong-sepotong. Kalau harga BBM dinaikkan sementara BBG dan public transport tidak ada, orang kan bingung. Orang akan marah karena daya belinya terganggu, dan dianggap menyengsarakan," papar Montty kepada detikFinance, Selasa (27/5/2014).
Oleh karena itu, lanjut Montty, kebijakan terkait BBM harus dilakukan secara paralel. Masyarakat tidak akan ingin subsidi BBM dicabut tetapi alternatifnya tidak tersedia. Misalnya dengan transportasi umum yang layak..
"Jadi sementara kita kehilangan subsidi BBM oke lah. Kan ada transportasi umum yang layak," ujarnya. Next
(mkl/hds)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!
