Pada kuartal I-2014, ekonomi India tumbuh 4,8% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Padahal belum lama India mengalami pertumbuhan 7-8%. India juga saat ini mengalami inflasi sampai 8%.
Seperti dikutip dari CNN, Selasa (27/5/2014), para pelaku pasar menilai Modi mampu mengembalikan kejayaan ekonomi India dan bisa bersaing dengan Tiongkok. Ini terlihat dari indeks saham India yang menguat 15% sepanjang tahun ini. Mata uang rupee pun menguat 6% setelah terjerembab pada 2013.
"Pelaku pasar punya harapan tinggi terhadap pemerintahan baru. Namun sepertinya euforia ini akan segera terhapus setelah melihat realitas ekonomi," kata Hanna Luchnikava, Analis IHS.
Memperbaiki ekonomi di India memang tidak mudah. Membutuhkan keahlian politik yang tinggi, hal yang sulit dilakukan para pembuat kebijakan di India dalam beberapa tahun terakhir.
Reformasi struktural, lanjut Luchnikava, kerap kali gagal karena terbentur kepentingan politik. Padahal India membutuhkan simplifikasi pajak, mempermudah masuknya investor asing, dan meningkatkan produktivitas pangan.
Dalam kampanyenya, Modi berjanji untuk memerangi inflasi dan korupsi. Dia juga menjanjikan pembangunan industri manufaktur dan koridor ekonomi, dan mereformasi sektor perbankan.
Analis Eurasia Group menilai Modi akan melakukan program cepat untuk memenuhi janji-janjinya tersebut. Namun dalam jangka panjang, Modi akan sulit untuk membenahi ekonomi India sampai ke akarnya.
"Modi mungkin menang dengan cukup mutlak, sehingga pemerintahannya dipandang kuat. Namun itu sulit terjadi di tengah iklim politik India," sebut riset Eurasia Group.
(hds/hds)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!
