Infrastruktur SPBG di Jakarta Minim, Bajaj BBG Beralih ke BBM

Jakarta -Pihak Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengungkapkan soal fenonema transportasi umum Bajaj biru di Jakarta yang beralih dari Bahan Bakar Gas (BBG) ke Bahan Bakar Minyak (BBM). Kondisi ini memang ironis, namun para sopir Bajaj BBG realistis karena untuk menemukan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) di Jakarta tak mudah.

"Bajaj biru sekarang banyak yang berubah pakai BBM," ujar Direktur Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi Kemenperin Budi Darmadi ditemui di Ruang Komisi VI DPR, Senin (9/6/2014).


Budi mengatakan, hal ini terjadi karena kurangnya infrastruktur SPBG di Jakarta saja jumlahnya masih sangat kurang. Sehingga mereka memodifikasi kendaraannya agar bisa mengkonsumsi BBM.


"Mau ngisi BBG di mana, minimal di Jakarta itu harus ada 50-60 SPBG, yang sekarang beroperasi berapa? Hanya sekitar 14-15 SPBG saja kan," ucap Budi.


Ia mengatakan, sukses atau tidaknya program konversi BBM ke BBG memang harus ditentukan dengan adanya infrastruktur, tersedianya SPBG diberbagai tempat.


"Saya minta produsen dan industri produksi mobil pakai BBG, mereka nanya siapa yang beli? Masyarakat ditawarin nanya balik mau ngisi BBG di mana? Kan mobil itu tidak hanya jalan di Jakarta saja, dia bisa ke Puncak, Bandung, Surabaya dan kota lainnya, di Jakarta juga ada yang di Selatan, Barat, Utara," katanya.


Budi mencontohkan keberhasilan Thailand yang sukses mengalihkan konsumsi bahan bakar kendaraanya dari BBM ke BBG, karena di sana memiliki banyak infrastruktur SPBG.


"Di Thailand itu ada 500 lebih SPBG, kita baru ada di Jakarta, Palembang, Surabaya dan Kalimantan, itu pun jumlah totalnya nggak sampai 50, akibatnya orang nggak mau ngelirik mobil BBG, walaupun harga bahan bakarnya lebih murah (Rp 3.100/setara liter), dan lebih bersih," tutupnya.


(rrd/hen)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!