Topik yang dibahas masih mengusung tema lanjutan sejak 2013, yakni kerja sama keuangan untuk percepatan proyek infrastruktur. Khususnya bidang energi, transportasi, dan lingkungan.
"JBIC akan men-support infrastruktur yang didukung oleh private sector. Fokusnya pada skala besar, seperti pelabuhan, bandara, dan pembangkit listrik," ungkap Bambang dalam konferensi pers di Gedung Djuanda, Komplek Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa (20/1/2015).
Bentuk dukungan ini bisa difasilitasi dengan skema Public-Private Partnership (PPP) dan kerja sama dengan BUMN terkait. "Jadi secara umum, kita menginginkan JBIC bisa ada keterlibatan dalam proyek infrastruktur di Indonesia. Apakah dengan kerja sama PPP atau kerja sama langsung dengan BUMN," jelas Bambang.
Di samping, pertemuan kali ini juga membahas kehati-hatian makro dan manajemen risiko di Indonesia. Termasuk kerja sama di bidang minyak dan gas bumi (migas).
Watanabe menambahkan, tidak ada proyek tertentu yang disepakati dalam pertemuan karena pembicaraannya lebih bersifat umum.
"Apa yang dibicarakan bukan lah proyek secara konkret, tapi lebih global. Mengenai skema PPP, bagaimana cara memberikan kemudahan supaya diperlancar, bila ada masalah bagaimana solusinya, hanya seperti itu," jelas Watanabe.
Selama ini, menurut Watanabe, JBIC telah aktif berperan dalam upaya pengembangan infrastruktur, pemanfaatan sumber daya alam, dan mewujudkan stabilitas ekonomi di Indonesia.
"JBIC siap untuk terus meningkatkan kerja sama antara Indonesia di bidang pengembangan infrastruktur, makro prudensial, dan sektor energi," tukasnya.
(mkl/hds)
Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com
