Bank Telah Salurkan Rp 375 Triliun di Sektor Properti

Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat total kredit perbankan di sektor properti telah mencapai Rp 375,1 triliun. Total kredit yang tercatat pada Februari 2013 ini jauh lebih tinggi dibandingkan pada periode yang sama di 2012 lalu yang mencapai Rp 311,1 triliun.

Dikutip dari statistik kredit properti yang dirilis Bank Indonesia, Minggu (28/4/2013), total kredit properti ini terdiri dari kredit konstruksi yang mencapai Rp 89,9 triliun, kredit real estate yang mencapai Rp 58,4 triliun dan KPR dan KPA yang mencapai Rp 226,7 triliun.


Kredit sektor properti paling banyak dikucurkan oleh bank swasta nasional yang mencapai Rp 193 triliun. Kemudian disusul dengan bank milik pemerintah atau persero yang mencapai Rp 148 triliun.


BI sendiri menegaskan bahwa sektor properti di Indonesia masih cukup aman dari dari ancaman bubble ekonomi, sebagaimana dikhawatirkan oleh Bank Dunia yang dimuat dalam laporan Indonesia Economic Quarterly 2013.


"Bank Indonesia terus memantau perkembangan harga properti di Indonesia, tidak ketinggalan dengan perkembangan kreditnya," kata Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo.


Bank Dunia menyoroti kenaikan permintaan properti, khususnya untuk sektor apartemen, ritel, perkantoran, serta lahan industri. Dua faktor yang menurut Bank Dunia memicu bubble properti di Indonesia, pertama adalah peningkatan harga jual apartemen yang naik 45 dalam setahunan (yoy), ruang kantor naik 43%, dan sewa lahan industri yang naik di atas 22%.


Faktor kedua, menurut laporan Bank Dunia adalah tingkat pertumbuhan kredit apartemen yang melaju kencang hingga mencapai 84% (yoy), pinjaman dari bank ini turut memicu potensi bubble properti.


BI mendapati bahwa sektor properti, utamanya properti hunian dengan tipe bangunan 70 m2 ke atas, terus mengalami pertumbuhan yang relatif tinggi. Namun, menurut Perry pertumbuhannya mengalami penurunan. Pada Desember 2012, pertumbuhan KPR di atas 70 m2 masih 47% (yoy), menjadi 42,8% pada Februari 2013.


(dru/dru)