Rupiah dan IHSG Jeblok, Menkeu: Bangkok dan Manila Kondisinya Lebih Buruk

Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali terkoreksi, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) juga sama nasibnya. Namun pemerintah menyatakan Indonesia bukanlah yang terburuk.

Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan, pihaknya terus berkoordinasi dengan Bank Indonesia (BI) untuk mengamankan nilai tukar rupiah dan juga kondisi pasar modal. Dolar kemarin akhirnya bisa ditahan di kisaran Rp 9.800, meski kondisi IHSG tetap terkoreksi 167 poin atau 3,5%.


"Tetapi Indonesia bukan yang terburuk, karena yang terburuk kemarin itu Bangkok dan Manila, di atas 4,5-4,9%. Jadi ini lebih kepada fenomena global karena tiga alasan, rencana dari The Fed, Bank of Japan kemarin memutuskan untuk tidak melanjutkan monetary stimulusnya, kemudian Draghi (Gubernur Bank Sentral Eropa) juga menyatakan yang sama, akibatnya arus modal dari emerging market itu diperkirakan akan mengalami pengurangan," papar Chatib di Istana Negara, Jakarta, Rabu (12/6/2013).


Kondisi ini, menurut Charib, berpengaruh kepada seluruh pasar uang di regional ASEAN, termasuk Indonesia yang nilai tukarnya melemah terhadap dolar AS. Dari sisi pemerintah, Chatib menekankan, investor tidak perlu ragu terhadap rencana pemerintah menaikkan harga BBm subsidi.


"Saya kira posisi di BBM sudah jelas sekarang bahwa pemerintah akan menaikkan BBM, sedang dalam tahap sosialisasi dan persiapan untuk bantuan sosial. Jadi ini bukan naik atau tidak naik BBM, tapi sudah dalam tahap persiapan," tegas Chatib.


Lalu kapan naiknya? Chatib mengatakan, itu akan diputuskan oleh Presiden SBY. Kalau harga BBM subsidi naik, maka disparitas atau perbedaan harga antara BBM subsidi dan non subsidi akan semakin kecil dan akhirnya penyelundupan berkurang dan konsumsi BBM subsidi akan berkurang.


"Kemudian saya dan tim juga sudah berkoordinasi dengan Bank Indonesia dan Kementerian BUMN untuk melakukan langkah-langkah terutama dalam stabilisasi. Saya komunikasi terus dengan pasar untuk beri informasi mengenai proses APBN-P dan BBM yang terjadi dalam perlemen sekarang," kata Chatib.


(dnl/ang)