"Waktu harga kedelai Rp 4.500 per Kg, petani nggak mau nanam kedelai, petani baru agak untuk di angka Rp 6.500 per Kg, kalau harganya turun terus, sekali lagi ini tidak menarik bagi petani karena tidak ada insentif harga," kata Suswono usai bertemu dengan kepala dinas pertanian se-Indonesia, di Hotel Ciputra, Jakarta, Senin (16/9/2013).
Menurut Suswono, produksi kedelai di dalam negeri makin drop (turun drastis) karena dibukanya kran impor kedelai usai periode krisis 1998 lalu. Sehingga membuat harga kedelai ditingkat petani turun.
"Produksi kedelai drop karena setelah pintu impor dibuka dan harga kedelai impor jauh lebih murah, makanya petani malas menanam," ucapnya.
Masuknya kedelai impor yang jauh lebih murah harganya dibandingkan dengan harga kedelai lokal membuat petani mendapatkan untung tipis bahkan rugi sehingga malas menanam kedelai.
"Karena akibat kedelai impor yang jauh lebih murah, makanya petani malas menamam kedelai," ujarnya.
Menurutnya saat ini, mementum yang tepat bagi petani untuk bangkit kembali menanam kedelai karena dengan harga tinggi. "Sekarang ini mementum ini menjadi kebangkitan kedelai, selama ini kedelai ini petani tidak menikmati harga dengan baik," ungkapnya.
Suswono mengelak jika karena pasokan produksi kedelai yang minim inilah yang justru membuat pemerintah harus mengambil langkah untuk membuka kran impor.
"Ya makanya, produksi kurang tadi karena petani tidak bergairah, karena harga kedelai yang sangat murah (akibat kedelai impor) dibandingkan dengan biaya produksinya," jelasnya.
(rrd/hen)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!