Water and Sanitation Specialist World Bank Irma Magdalena Setiono mengatakan, 5 tahun yang lalu, masyarakat masih menganggap sanitasi adalah urusan masing-masing. Sehingga belum ada program yang berjalan dalam mempercepat pembenahan sanitasi di Indonesia.
"Dalam 5 tahun lalu, hampr tidak ada yang mau bicara soal sanitasi. Itu nggak ada yang mau, karena masih menganggap sanitasi itu urusan masing-masing orang," kata Irma dalam diskusi World Bank (Bank Dunia) soal Sanitasi dan Air Minum di Gedung Bursa Efek Indonesia, SCBD, Jakarta, Rabu (30/10/2013).
Dia menjelaskan, contohnya saja untuk persoalan penyambungan pipa septic tank ke instalasi pengolahan lumpur tinja (IPLT), masyarakat enggan untuk melakukan hal itu. Karena konsekuensinya, septic tank yang ada di rumah-rumah harus dibongkar dan dipasang ulang.
"Jadi untuk merubah persepsi masyarakat itupun butuh waktu yang lama," tambahnya.
Kurangnya tenaga ahli yang peduli terhadap pentingnya sanitasi pun menjadi kendala. Irma mengatakan ditandai dengan kurangnya minat lulusan teknik lingkungan untuk bekerja di bidang sanitasi dan air minum.
"Mungkin cuma satu dari sepuluhnya yang mau bekerja di teknik lingkungan," paparnya.
Namun, keadaan berangsur mulai membaik. Dalam 5 tahun terakhir, kepedulian orang terhadap sanitasi semakin meningkat, walau belum bisa dikatakan optimal. Program pemerintah untuk membenahi sanitasi di sejumlah daerah di Indonesia pun kian berjalan.
"Kita sekarang sudah semakin banyak pemerintah pusat dan daerah itu semakin aware. Ada asosiasi dari awalnya 12 orang sekarang sudah 200 lebih tergabung dari asosiasi. Pemda menyisihkan 2% dari APBD mereka untuk urusan ini. Itu juga merupakan bukti," tutup Irma.
(zul/dru)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!