Menteri Keuangan (Menkeu) Chatib Basri mengatakan kondisi ini bukan berarti semua pihak bisa berpuas diri. Gejolak perekonomian masih akan terus mengancam sehingga kebijakan yang telah dikeluarkan tidak boleh dihentikan.
"Ini yang penting buat kita nggak complacent (terlena), jangan anggap situasi sudah beres, anggap kalau gitu kebijakan yang tight harus berhenti dong. Baru baik sedikit kita suka sembuh sakit mau lari," ungkap Chatib di Gedung DPR Jakarta, Selasa (25/2/2014)
Pemerintah telah melakukan pengetatan fiskal sebelumnya. Kemudian yang dibantu oleh kebijakan moneter berupa kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI). Dengan tujuan untuk menurunkan importasi dan perbaikan struktur dasar ekonomi.
"Jangan sampai market kaget karena situasinya sudah baik. Kalau surplus kecil atau defisit ini temporary. Nanti dia makin terus naik," sebutnya.
Menurutnya defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) harus bisa ditekan hingga batas aman, yaitu 2,5%. Sementara pertumbuhan tetap diupayakan bertahan pada kisaran 5,8%-6%.
"Harus pelan-pelan sampai CAD ada pada kisaran 2,5%, growth 5,8-6% Ok lah. Tapi kalau di atas 6% nggak gampang. Tapi dengan pemilu pertambahan growth karena Pemilu 0,2%-0,3%. Logika saya sederhana, tahun lalu 5,8% nggak ada Pemilu. Ada pemilu konsumsi harusnya lebih tinggi dong. kemudian AS dan negara maju recovery. ekspornya lebih baik dong. Dengan dua itu saja mudah-mudahahan kita bisa 6%," terangnya.
(mkl/hen)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!