"Menghapus BBM subsidi memang itu ide lama sejak saya di BPH Migas, blueprint-nya sejak 2005, jadi waktu itu targetnya tahun 2010 harusnya tak ada BBM subsidi atau mendekati harga keekonomian," kata Ketua Umum Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) Eri Purnomohadi kepada detikFinance, Rabu (30/4/2014).
Eri mengatakan pada waktu itu (2005) harga keekonomian BBM (tanpa subsidi) sekitar Rp 8.000 per liter, sedangkan harga BBM subsidi sebesar Rp 2.500 per liter. Namun kenyataannya pemerintah tak sepenuh hati melaksanakan blueprint, hanya sebatas menaikkan harga beberapa kali dan sempat menurunkan harga BBM subsidi.
"Pada eranya Pak JK (Wapres RI Jusuf Kalla) harga BBM subsidi dinaikkan. Harga BBM subsidi sempat naik dari Rp 2500 menjadi Rp 4.500 per liter. Selama pemerintahan SBY sudah dua kali lipat kenaikan harga BBM tapi kenaikan minyak dunia sudah melonjak beberapa kali lipat," katanya.
Sebelumnya Jokowi menilai BBM sudah tidak layak lagi disubsidi. Ia punya gagasan menghapus subsidi BBM secara bertahap selama 4 tahun dengan menaikkan harga setiap tahun.
"Saya kira empat tahun lah, subsidi BBM tadi empat tahun tapi berjenjang. Kurang kurang lalu hilang," ungkap Jokowi saat ditemui jelang acara Musyawarah Rencana Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) di Hotel Bidakara, Jakarta, Rabu (30/4/2014).
(hen/dnl)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!
